HASIL LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI



HASIL LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI PENANAMAN SALMONELLA SHIGELLA AGAR DAN PEWARNAAN GRAM




  • Serogroup A: S. dysenteriae (12 serotypes)
  • Serogroup B: S. flexneri (6 serotypes)
  • Serogroup C: S. boydii (23 serotypes)
  • Serogroup D: S. sonnei (1 serotype).
Gejala Shigella yang paling umum adalah gejala diare, demam, mual, muntah, kram perut, perut kembung, dan sembelit. Kotoran mungkin akan mengandung darah, lendir atau nanah.  Gejala memerlukan waktu  selama satu minggu untuk muncul, tetapi paling sering dimulai dua sampai empat hari setelah proses menelan. Gejala biasanya berlangsung selama beberapa 
Hasil Penanaman Bakteri SS Hari kedua (2)


Urea Agar Negetif (-) karna tidak terjadi Warna Merah lembayung (pink) 
Simon Citrat Positif (+) terjadi warna Biru
Mio positif (+) terjadi kekeruhan pada tusukan kemudian terjadi cincin merah lembayung setelah penambahan larutan kopacs dan terjadi warna ungu.
VP  Negatif (-) tidak terdapat cincin warna merah lembayun setelah penambahan NaOH dan Alpa naptol
Malonet Negatif dan tidak terjadi warna biru.
 Sampel : rectal swab/Feses
                                                                                                          
Salmonella  Shigella Agar (SSA)Pengamatan :                                                                                     
Permukaan Kloni              : cembung                                           Basil Gram Negatif
 
 
Tes biokimia
 
Tes Serologi :
 
Lensa 100X                                                           Gambar Shigella   
NO

GARAM POSITIF
GRAM NEGATIF
1
Dindin Sel



 Lapisan Peptidoglikan
Lebih Tebal
Lebih Tipis

Kadar Lipid
1 - 4 %
11 - 22 %
2
Resistensi Terhadap alkali (1% KOH)
Tidak Larut
Lebih Peka
3
Kepekaan Terhadap Yodium
Lebih peka
Endotoksin
4
Toksin Yang dibentuk
Endotoksin
Endotoksin
5
Sifat tahan asam
Ada yang tahan asam
Tidak ada tahan asam



Media Test
Hasil Reaksi/Spesimen Bakteri
KIA/TSIA
Acid/Acid, Gas : Negatif, H2S : Negatif
Staphylococcus aureus
Staphylococcus epidermidis
Urea Agar
+
-
Simon Citrat
-
-
MIO
+,-,-
+,-,-
Methil Red
-
-
Voges Prokauer
-
-
Lysin Iron Agar
-
-
Glukosa
+
+
Laktosa
+
-
Sucrosa
+
+
Maltosa
+
+
Manitol
+
+
Malonet
-
-

  1. Definisi
  1. Klasifikasi Ilmiah
  1. Sejarah
  1. Gejala Diare
  1. Penularan Diare
  1. Pengobatan Diare
  1. Penggolongan Obat Diare

  1. Patogenesis
  1. Penyakit yang Disebabkan Oleh Bakteri Escherichia coli


  1. Media ENDO Agar
  1. Urea
  1. LIA
  1. Laktosa
  1. Sukrosa
  1. Glukosa
  1. Maltosa
  1. Manitol
  1. Malonet
  1. KIA/TSIA
  1. Simon Citrat
  1. MIO
  1. MR
  1. VP
  1. Pewarnaan Gram
  1. Escherichia co


Cara Kerja:
  1. Hari Pertama :
1.    Siapkan alat dan bahan
2.    Ambil spesimen bakteri dengan ose yang telah difiksasi kemudian tanam pada media BA dengan cara siksak.
3.    Simpan di inkubator pada suhu 370C selama 24 jam.

  1. Hari Kedua :
1.    Ambil media bakteri yang telah tumbuh dari inkubator.
2.    Sterilisasikan nal kemudian ambil media KIA.
3.    Setelah nal dingin, ambil koloni bakteri yang sendiri tanam pada media KIA yang telah sediakan dengan cara sigsag.
4.    Simpan kembali pada inkubator pada suhu 37 C selama 24 jam
5.     Ambil koloni pada media KIA kemudian buat sediaan preparat kemudian lakukan pengecatan gram dan lihat dimikroskop.
  1. Hari Ketiga :
1.    Siapkan media tes biokimia.
2.    Ambil media KIA yang bakterinya telah tumbuh dari inkubator.
3.    Fiksasi ose / nal,setelah dingin ambil media urea agar kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media urea agar dengan cara sigsag.
4.    Fiksasi ose / nal,Setelah dingin ambil media Simon Citrat kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Simon Citrat dengan cara sigsag.
5.      Fiksasi ose / nal,setelah dingin ambil media MIO kemudian ambil baktri pada medi KIA kemudian tanam pada media MIO dengan cara menusuk hingga dasar tabung.
6.    Fiksasi  ose,setelah dingin ambil media MR kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media MR dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
7.     Fiksasi ose,setelah dingin ambil media VP kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media VP dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.

8.    Fiksasi nal,Setelah dingin ambil media LIA kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media LIA dengan cara sigsag dari dalam ke luar kemudian tusuk hingga dasar tabung.
9.     Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Glukosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Glukosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
10. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Laktosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Laktosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
11. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Sukrosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Sukrosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
12. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Maltosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Maltosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
13. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Manitol kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Manitol dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
14. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Malonet kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Malonet dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
15. Kemudian simpan di inkubator pada suhu 37C selama 24 jam.




Hari Keempat
1.    Baca hasil pemeriksaan tes biokimia.
Media Test
Hasil Reaksi/Spesimen Bakteri
Escherichia coli
KIA/TSIA
Acid Acid, Gas : + , H2S : -
Urea Agar
Negatif
Simon Citrat
Negatif
MIO
+,+,v
Methil Red
+
Voges Prokauer
Negatif
Lysin Iron Agar
+
Glukosa
+
Laktosa
+
Sukrosa
+
Maltosa
+
Manitol
Negatif
Malonet
Negatif

2.    Hasil Gambar
a.    Media ENDO Agar Setelah di Inkubasi Selama 24 jam dan terlihat Koloni Bakteri yang tumbuh didalam media.





b.    Media KIA/TSIA
Bakteri Escherchia coli pada media KIA akan menghasilkan Acid Acid, Positif Gas, Negatif H2S.







c.    Hasil Uji Biokimia
·         Urea = Negatif







·         
Glukosa : Positif,  Gas positif, H2S negatif







·         MIO : Positif, Positif, V(vivti-vivti)





·         Malonat : Negatif






·         
Maltosa : Positif









·         
Simon Citrat








·         
Sukrosa : Positif








·         Laktosa : Positif





·         Metil Red : Positif, pada gambar dibawah ini belum ada penambahan reagen MR.




  • LIA : Positif / vivti-vifti






·         
Media Gula-gula ( Kuning ) dan Manitol ( Hijau )







d.    Pewarnaan Gram


Karbon Gentian Violet

 Larutan Lugol
 Karbon Fuchsin

Sediaan yang telah di warnai






           



                                                                                                                                       

Bakteri Escherchia coli, basil, gram negatif di bawah Objektif 100x.


















Klompok 1

IDENTIFIKASI PSEUDOMONAS
Pseudomonas berasal dari bahasa yunani yaitu pseudo berarti palsu dan monas berarti satu unit. Pseudomonas sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon.
            Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp. dengan senyawa hidrokarbon.
Kemampuan bakteri Pseudomonas sp. dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam menghasilkan biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp. berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon.
Genus pseudomonas terdiri dari sejumlah kuman batang gram negatif  yang tidak meragi karbohidrat, hidup aerob di tanah dan di air.
Dalam habitat alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan zat organik. Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih. Beberapa diantaranya adalah fakultatif khemoliotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai sumber karbon katalase positif.
Ada yang patogen bagi binatang atau tanaman dan ada yang patogen bagi kedua-duanya. Kebanyakan spesies pseudomonas tidak menyebabkan infeksi pada manusia, tetapi kuman ini penting karena bersifat oportunis patogen, dapat menyebabkan infeksi pada individu dengan ketahanan tubuh yang menurun.
Infeksi biasanya gawat, sulit diobati dan biasanya merupakan infeksi nosokomial. Genus pseudomonas mempunyai spesies paling sedikit 10-12 yang penting dalam klinik. Klasifikasi pseudomonas berdasar pada homologi rRNA atau DNA dan sifat pertumbuhannya.

Spesies-spesies pseudomonas :
Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas flouresen
Pseudomonas putida
Pseudomonas stutzeri
Pseudomonas mendocina


Pseudomonas aeruginosa
A.           Gambaran umum
          Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu, P.aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit manusia. Tetapi, infeksi P.aeruginosa menjadi problema serius pada pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Angka fatalitas pasien-pasien tersebut mencapai 50 %. P. aeruginosa termasuk dalam genus Pseudomonas,  bakteri gram negatif, berbentuk tangkai, polar dan berflagel.



B.           Klasifikasi Ilmiah

Kingdom       :        Bacteria
Phylum         :        Proteobacteria
Class            :        Gamma Proteobacteria
Order           :       Pseudomonadales
Family          :        Pseudomonadaceae
Genus           :       Pseudomonas
Species         :       Pseudomonas aeruginosa

C.           Morfologi dan Identifikasi
Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 μm. Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang membentuk rantai yang pendek. P. aeruginosa termasuk bakteri gram negatif. Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif, tidak mampu memfermentasi tetapi dapat mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora, tidak mempunyai selubung (sheat) dan mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak.
Bakteri ini dapat tumbuh di air suling dan akan tumbuh dengan baik dengan adanya unsur N dan C. Suhu optimum untuk pertumbuhan P. aeruginosa adalah 42o C. P. aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena kebutuhan nutrisinya sangat sederhana. Di laboratorium, medium paling sederhana untuk pertumbuhannya digunakan asetat (untuk karbon) dan ammonium sulfat (untuk nitrogen).
Pembiakan dari spesimen klinik biasanya menghasilkan satu atau dua tipe koloni yang halus :
a.  Koloni besar dan halus dengan permukaan rata dan meninggi.
b.  Koloni halus dan mukoid sebagai hasil produksi berbahan dari alignat. Tipe ini sering didapat    dari sekresi saluran pernafasan dan saluran kemih.
Alignat merupakan suatu eksopolisakarida yang merupakan polimer dari glucoronic acid dan mannuronic acid, berbentuk gel kental disekeliling bakteri. Alignat ini memungkinkan bakteri untuk membentuk biofilm, yaitu kumpulan koloni sel-sel mikroba yang menempel pada suatu permukaan misalnya kateter intravena atau jaringan paru. Alignat dapat melindungi bakteri dari pertahanan tubuh inang, seperti limfosit, fagosit, silia, di saluran pernafasan, antibodi, dan komplemen. P. aeruginosa membentuk biofilm untuk membantu kelangsungan hidupnya saat membentuk koloni pada paru-paru manusia.          
Terkadang menghasilkan bau yang manis dan menyerupai anggur. Koloni yang dibentuk halus bulat dengan warna fluoresensi yang kehijau-hijauan. Bakteri ini menghasilkan pigmen yang tak berfluoresensi kehijauan (plosianin). Strain P. aeruginosa menghasilkan pigmen yang berfluoresensi antara lain: piooverdin (warna hijau), piorubin (warna merah gelap), piomelanin (hitam). P. aeruginosa yang berasal dari koloni yang berbeda mempunyai aktivitas biokimia, enzimatik dan kepekaan antimikroba yang berbeda.
        Pili (fimbriae) menjulur dari permukaan sel dan membantu pelekatan pada sel epitel inang. Lipopolisakarida yang terdapat  dalam banyak imunotipe merupakan salah satu faktor virulensi dan juga melindungi sel dari pertahanan tubuh inang. P. aeruginosa dapat digolongkan berdasarkan imunotipe lipopolisakarida dan kepekaannya terhadap piosin (bakteriosin). Produk ekstraseluler yang dihasilkan berupa enzim-enzim, yaitu elastase protease dan dua hemolisin, fosfolipase C yang tidak tahan panas dan rhamnolipid.
P. aeruginosa resisten terhadap konsentrasi tinggi garam dan zat pewarna, antiseptik, dan banyak antibodi yang sering digunakan. Suatu studi intensif menyatakan bakteri ini mempunyai gen untuk resistensi terhadap merkuri, disebut gen mer yang berada dalam plasmid.
Kemampuan P. aeruginosa menyerang jaringan bergantung pada reproduksi enzim-enzim dan toksin-toksin, yang merusak barier tubuh dan sel-sel inang. P. aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri Gram-negatif lain, misalnya endotoksin menyebabkan gejala sepsis dan syok septik, eksotoksin A menyebabkan nekrosis jaringan, enzim-enzim ekstra seluler bersifat histotoksik dan mempermudah infasi kedalam pembuluh darah.
                                                            










D.   Siklus Hidup

Adanya rangsangan dari lingkungan (luar tubuh) akan memicu pengaturan yang memberikan sinyal kepada system penginderaan berupa sinyal mikroba. Kemudian bakteri ini akan membenrtuk sel planktonik yang kemudian membuat formasi biofilm. Pembentukan biofilm dimulai dengan terangkatnya mikroorganisme bebas-mengambang ke permukaan. Koloni pertama menuju ke permukaan secara perlahan (gaya van der Waals yang reversible). Jika koloni tidak segera dipisahkan dari permukaan, mereka dapat membuat diri mereka  lebih permanen dengan menggunakan struktur sel adhesi seperti pili. Koloni pertama memfasilitasi kedatangan sel lain dengan menyediakan situs adhesi lebih beragam dan mulai membangun matriks yang memegang biofilm bersama-sama. Tahap akhir pembentukan biofilm dikenal sebagai pembangunan, dan tahap di mana biofilm didirikan dan hanya dapat berubah dalam bentuk dan ukuran.  Perkembangan biofilm memungkinkan untuk koloni sel agregat (ies) menjadi semakin resisten antibiotik.  Formasi biofilm ini akan mengirimkan sinyal ke sel inang. Setelah proses pembentukkan biofilm, sel inang  mengirimkan sinyal sitokinesis kepada bakteri ini yang kemudian menghasilkan sinyal adanya molekul metabolit sekunder.
Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari sumbernya, mengalami penyebaran dan mempunyai gerbang masuk bagi inang yang rentan. Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari saluran yang telah diinfeksinya. Apabila menginfeksi pada saluran pernapasan maka akan meninggalkan saluran tersebut dan berpindah pada inang rentan yang lain. Mengingat Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen nosokomial, cara pemindahsebarannya dapat melalui penanganan dan penggunaan alat yang tidak steril. Kemudian akan menginfeksi inang lain yang rentan pada bagian tertentu misalnya saluran kencing. Inang rentan ini biasanya pasien bedah, pasien yang terluka atau luka bakar, pasien yang menjalani pengobatan radiasi, juga pasien dengan peralatan yang menembus tubuh.

E.   Reaksi biokimia
Kuman ini dapat mencairkan gelatin dan tidak membentuk H2S. Indol (-) dan kadang-kadang terjadi false indol (+). Hal ini, terjadi bila dipakai reagensia Erlich dan sebaiknya memakai reagensia dari Kovac. Tidak memecah urea.
P. aerugonisa merupakan organisme yang sangat mudah beradaptasi dan dapat memakai 80 gugus organik yang berbeda untuk pertumbuhannya dan amonia sebagai sumber nitrogen.
Dapat tumbuh pada perbenihan yang dipakai untuk isolasi kuman Enterobacteriaceae dan mempunyai kemampuan untuk menolerir keadaan alkalis, jiuga dapat tumbuh pada perbenihan untuk kuman fibrio. Meskipun, pseudomonas merupakan organisme aerob, tetapi ia dapat mempergunakan nitrat dan arginin sebagai aseptor elektron dan tumbuh secara an aerob.
Suhu pertumbuhan optimum ialah 35⁰C tetapi dapat juga tumbuh 42⁰C. Hasil isolasi bahan klinik sering memberikan beta hemolisis pada agar darah.

P. aerugonisa adalah satu-satunya spesies yang menghasilkan:
1. piosianin, suatu pigmen yang larut dalam kloroform. Strain lainnya menghasilkan pigmen fenazin.
2. fluorezen, suatu pigmen yang larut dalam air. Beberapa strain menghasilkan pigmen darah.

F.    Epidemiologi
P. aerugonisa terdapat di tanah dan air, dan pada ±10% orang merupakan flora normal di kolon (usus besar). Dapat dijumpai pada daerah lembab di kulit dan dapat membentuk koloni pada saluran pernapasan  bagian atas pasien-pasien rumah sakit.
P. aerugonisa dapat dijumpai  di banyak tempat di rumah sakit, disinfektan, alat bantu pernapasan, makanan, saluran pembuangan air, dan kain pel merupakan beberapa contoh resevoir. Selain itu, dapat juga lewat hewan (lalat, nyamuk, dsb) yang telah tercemar. Pseudomonas aeruginosa menyebabkan kontaminasi pada perlengkapan anestesi dan terapi pernafasan, cairan intravena, bahkan air hasil proses penyulingan. Suatu penelitian di unit perawatan intensif neonatus menyatakan bahwa    P. aerugonisa  paling sering membentuk koloni di saluran pernapasan dan saluran cerna. Hal ini terutama dijumpai pada bayi prematur oleh karena pH lambung sering tinggi sehingga mendukung pertumbuhan bakteri. Penyebaran terjadi dari pasien ke pasien lewat tangan karyawan rumah sakit, melalui kontak langsung dengan reservoir, atau lewat pencernaan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
P. aerugonisa  menyebabkan kontaminasi pada perlengkapan anestesi dan terapi pernapasan , cairan intravena, bahkan air hasil proses penyulingan. Endoskopi, termasuk bronkoskopi adalah alat-alat medik yang paling sering dihubungkan dengan berjangkitnya infeksi nosokomial. Suatu penelitian di AS membuktikan bawa dari 414 pasien yang menjalani prosedur bronkoskopi didapati 9,4% infeksi saluran napas atas dan bawah serta infeksi lewat aliran darah, dan pada 66,7% dari infeksi tersebut didapati P. aerugonisa sesudah dilakukan kultur.
Karena merupakan patogen nosokomial maka metode untuk mengendalikan infeksi ini mirip dengan metode untuk patogen nosokomial lainnya. Kemampuannya untuk tumbuh subur dalam lingkungan yang basah menuntut perhatian khusus pada bak cuci, bak air, pancuran, bak air panas, dan daerah basah yang lain. Untuk mencegah terkontaminasinya kolam renang umum, dilakukan klorinasi terhadap air kolam renang, menghindari lantai kolam renang yang kasar untuk mengurangi gesekan pada kulit, dan membersihkan lantai kolam renang beserta saluran air menggunakan senyawa ammonium quaternium diikuti penggunaan ozone untuk memecah biofilm.
Untuk tujuan epidemiologi, strain dapat ditentukan tipenya berdasarkan kepekaan terhadap piosin dan imunotipe lipopolisakaridanya. Vaksin dari jenis yang tepat yang diberikan pada penderita dengan risiko tinggi akan memberikan perlindungan sebagian terhadap spesies Pseudomonas. Terapi semacam itu telah digunakan secara ekperimental pada penderita leukimia, luka bakar, fibrosis kistik, dan imunosupresi.


G.   Patogenesis
Faktor sifat yang memungkinkan organisme mengatasi pertahanan tubuh normal dan menimbulkan penyakit ialah : pili, yang melekat dan merusak membran basalis sel; polisakarida simpai, yang meningkatkan perlekatan pada jaringan tetapi tidak menekan fagositosis; suatu hemolisin yang memiliki aktivitas fosfolipasa; kolagenasa dan elastasa dan flagel untuk membantu pergerakan.
Sedangkan faktor yang menentukan daya patogen adalah LPS mirip dengan yang ada pada Enterobacteriaceae; eksotoksin A, suatu transferasa ADP-ribosa mirip dengan toksin difteri yang menghentikan sintesis protein dan menyebabkan nekrosis di dalam hati; eksotoksin S yang juga merupakan transferasa ADP-ribosa yang mampu menghambat sintesis protein eukariota.
Produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang merusak barrier tubuh dan sel-sel inang menentukan kemampuan Pseudomonas aeruginosa menyerang jaringan. Endotoksin P. aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri Gram-negatif lain menyebabkan gejala sepsis dan syok  septik. Eksotoksin A menghambat sintesis protein eukariotik dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin difteria (walaupun struktur kedua toksin ini tidak sama) yaitu katalisis pemindahan sebagian ADP-ribosil dari NAD kepada EF-2. Hasil dari kompleks ADP-ribosil-EF-2 adalah inaktivasi sintesis protein sehingga mengacaukan fungsi fisiologik sel normal. Enzim-enzim ekstraseluler, seperti elastase dan protease mempunyai efek hidrotoksik dan mempermudah invasi organisme ini ke dalam pembuluh darah.
Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan dalam beberapa serum manusia, termasuk serum penderita yang telah sembuh dari infeksi yang berat. Psiosianin merusak silia dan sel mukosa pada saluran pernafasan. Lipopolisakarida mempunyai peranan penting sebagai penyebab timbulnya demam, syok, oliguria, leukositosis, dan leukopenia, koagulasi intravaskular diseminata, dan sindroma gagal pernafasan pada orang dewasa. Strain Pseudomonas aeruginosa yang punya sistem sekresi tipe III, secara signifikan lebih virulen dibandingkan dengan yang tidak punya sistem sekresi tersebut. Sistem sekresi tipe III adalah sistem yang dijumpai pada bakteri gram negatif, terdiri dari sekitar 30 protein yang terbentang dari bagian dalam hingga luar membran sel bakteri, berfungsi seperti jarum suntik yang menginjeksi toksin-toksin secara langsung ke dalam sel inang sehingga memungkinkan toksin mencegah netralisasi antibodi.
Pseudomonas aeruginosa menimbulkan berbagai penyakit diantaranya yaitu :
·                Infeksi pada luka dan luka bakar menimbulkan nanah hijau kebiruan
·                Infeksi saluran kemih.
·                Infeksi pada saluran napas mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrosis.
·                Otitis eksterna ringan pada perenang.
·                Infeksi mata.

H.   Gejala Klinik
Gejalanya tergantung bagian tubuh yang terkena, tetapi infeksi ini cenderung berat:
a.         Infeksi pada luka atau luka bakar, ditandai dengan nanah biru-hijau dan bau manis seperti anggur. Infeksi ini sering menyebabkan daerah ruam berwarna hitam keunguan dengan diameter sekitar 1 cm, dengan koreng di tengahnya yang dikelilingi daerah kemerahan dan pembengkakan. Ruam ini sering timbul di ketiak dan lipat paha. Hal ini dapat juga dialami oleh penderita kanker.
b.        Infeksi saluran kemih, biasanya kronis dan terjadi pada    orang yang sudah tua.
c.         Pneumonia, pada fibrosis kistik mungkin terjadi kolonisasi kuman strain yang berlendir pada paru-paru. Infeksi paru-paru pada penderita bila menghirup Pseudomonas aeruginosa dalam jumlah besar pada alat bantu pernafasan yang tercemar. Sering menyebabkan gangguan mental, renjatan septik gram negatif dan sianosis yang semakin berat.
d.        Otitis eksterna maligna, suatu infeksi telinga, bisa menyebabkan nyeri telinga hebat dan kerusakan saraf dan sering terjadi pada penderita kencing manis.
e.    Infeksi mata, Pseudomonas aeruginosa bisa menyebabkan koreng pada mata, mencemari lensa mata dan cairan lensa.

I.    Diagnosis
Biakan merupakan tes spesifik untuk diagnosis infeksi Pseudomonas aeruginosa. Bakteri batang gram negatif nonfermenter mudah tumbuh pada media isolasi primer rutin dan mudah diisolasidari spesimen klinik atau lingkungan rumah sakit. Biasanya diisolasi pada media agar pepton dengan atau tanpa penambahan 5% darah domba atau kelinci, meskipun media yang diperkaya darah tidak menjadi dasar untuk isolasi bakteri ini. Selain agar darah, untuk isolasi primer digunakan salah satu media diferensial, misalnya agar MacConkey atau eosinmetlrylene blue. Pada media diferensial tersebut Pseudomonas aeruginosa tumbuh sebagai koloni yang tidak memfermentasi laktosa (tidak berwarna). Media isolasi primer biasanya diinkubasi pada 35° C atau 37°C. Media mengandung cetrimide, irgasan, C-390, sodium lauroyl sarcosine, atau senyawa yang sama, digunakan untuk isolasi selektif.
Prosedur skrining untuk membedakan Pseudomonas aeruginosa dari genus yang sama dan spesies nonfermenter lainnya adalah bau, pigmentasi, morfologi koloni, reaksi pada pewarnaan Gram,morfologi fagel, bentuk penggunaan glukosa, produksihidrogen sulfida, arginin dihidrolase clan indofenol oksidase, pertumbuhan pada 42°C, clan proses oksidasi glukosa, xylosa, laktosa, dan maltosa pada media basal oxidative fermentative (OF).
Lebih kurang 15% dari seluruh gram negatif yang diisolasi dari spesimen klinik adalah nonfermenter, dan lebih kurang 70% dari isolat tersebut adalah Pseudomonas aeruginosa piosianogenik. Untuk membedakan dari isolat lainnya, diperlukan metode identifikasi tambahan. Uji serologik, bactertophage, pola bakteriosin, profil plasmid, dan profil enzim telah digunakan sebagai penanda epidemiologik atau sarana penelitisn untuk identifikasi Pseudomonas aeruginosa. Antibodi monoklonaldan hibridisasi DNA juga telah digunakan untuk identifikasi.

I.    Pengobatan dan Pencegahan
Pseudomonas aeruginosa meningkat secara klinik karena resisten terhadap berbagai antimikroba dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan tingkat Multi Drug Resistance (MDR) yang tinggi. Definisi dari MDR-PA (Multi Drug Resistance- Pseudomonas aeruginosa) adalah resisten paling tidak terhadap 3-antimikroba yaitu kelas β-laktam, carbapenem, aminoglikosida, dan fluoroquinon. Pseudomonas aeruginosa tidak boleh diobati dengan terapi obat tunggal karena tingkat keberhasilan rendah dan bakteri dengan cepat jadi resisten. Pola kepekaan bakteri ini bervariasi secara geografik. Maka, diperlukan tes kepekaan sebagai pedoman untuk pemilihan terapi antimikroba. Penisillin bekerja aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa antara lain: tikarsilin, mezlosilin, dan pipeasilin digunakan dengan dikombinasikan bersama aminoglikosida biasanya gentamisin, tobramisin/ amikasin. Obat lain yang aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa antara lain aztreonam; imipinem; kuinolon baru, termasuk siprofloksasin.
Sefalosporin generasi baru, seftazidim dan sefoperakson aktif melawan Pseudomonas aeruginosa. Seftazidim digunakan secara primer pada terapi infeksi Pseudomonas aeruginosa.
Pseudomonas aeruginosa sering kali merupakan flora normal yang melekat pada tubuh kita dan tidak akan menimbulkan penyakit selama pertahanan tubuh normal. Karena itu, upaya pencegahan yang paling baik adalah dengan menjaga daya tahan tubuh agar tetap tinggi. Upaya pencegahan penularan penyakit pada pasien yang dirawat di rumah sakit dilakukan dengan cara kerja steril atau aseptis yang dilakukan oleh setiap personil rumah sakit (medis dan paramedis) dengan penuh rasa tanggung jawab.


  1. Hari Pertama :
  1. Hari Kedua :
  1. Hari Ketiga :

Media Test
Hasil Reaksi/Spesimen Bakteri
Escherichia coli
KIA/TSIA
Acid Acid, Gas : + , H2S : -
Urea Agar
Negatif
Simon Citrat
Negatif
MIO
+,+,v
Methil Red
+
Voges Prokauer
Negatif
Lysin Iron Agar
+
Glukosa
+
Laktosa
+
Sukrosa
+
Maltosa
+
Manitol
Negatif
Malonet
Negatif
Bakteri Escherchia coli pada media KIA akan menghasilkan Acid Acid, Positif Gas, Negatif H2S.
Glukosa : Positif,  Gas positif, H2S negatif 
Maltosa : Positif
Simon Citrat
Sukrosa : Positif
  • LIA : Positif / vivti-vifti
Media Gula-gula ( Kuning ) dan Manitol ( Hijau )
Sediaan yang telah di warnai
                                                            







                                 








NATHAN PASIGA
E11 / 011.901.205






PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA ANALISKESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2013




Tanggal Praktikum    : 4 - 7 Februari 2013
Judul Praktikum         : Isolasi dan Identifikasi Shigella
Kelompok                  : Empat (4)
Dasar Teori                 :
SHIGELLA
Shigella adalah bakteri patogen usus yang dikenal sebagai agen penyebab penyakit disentri basiler. Bakteri ini menginfeksi saluran pencernaan dan menyebabkan berbagai gejala, dari diare, kram, muntah, dan mual.
Shigella merupakan penyebab diare disentri yang paling sering pada anak usia 6 bulan sampai 10 tahun di Amerika Serikat dan negara berkembang. Shigella tahan terhadap keasaman lambung dan membutuhkan inokulum yang kecil untuk menyebabkan diare sehingga mudah ditularkan ke orang lain. Penularan terjadi dalam kondisi banyak orang berkumpul dalam satu tempat seperti di penitipan anak, panti asuhan atau tempat penampungan. Rendahnya sanitasi, pasokan air yang buruk, dan fasilitas yang pipa tidak dapat memberi sumbanagan terhadap peningkatan risiko infeksi. Shigella menginvasi dan berproliferasi di dalam epitel kolon. Kemudian menghasilkan suatu toksin dengan efek sekretori dan sitotoksik dan menyebabkan ulkus sehingga tinja mengandung lendir dan darah, secara mikroskopis ditemukan leukosit dan eritrosit.
Pada  tahun 2008 terjadi KLB  di  69 Kecamatan  dengan  jumlah  kasus  8133  orang,  kematian  239  orang  (CFR  2,94%). Tahun  2009  terjadi KLB  di  24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%),  sedangkan tahun 2010  terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73  orang (CFR 1,74 %.). Berdasarkan isolasi penderita diare dari RS Karantina Jakarta pada tahun 1980--1985 spesies terbanyak dari Shigella ialah Sh. Jlexneri (47,1%) lalu menyusul Sh. dysentriae (27.4%).
A.    Taksonomi
Kingdom         : Bacteria
Filum               : Proteobacteria
Kelas               : Gamma proteobacteria
Ordo                : Enterobacteriales
Famili              : Enterobacteriaceae
Genus              : Shigella
Spesies            : Shigella flexneri, Shigella dysenteriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei
B.     Struktur antigen
     Shigella mempunyai susunan antigen yang komplek, terdapat tumpang tindih dalam sifat serologik berbagai spesies, dan sebagian besar bakteri ini mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh bakteri enterik lainnya. Antigen somatik O Shigella adalah liposakarida. Kekhususan serologiknya tergantung pada polisakarida. Terdapat lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi Shigella didasarkan pada sifat-sifat biokimia dan antigenic (Nathania, 2008).

C.Klasifikasi
Spesies shigella diklasifikasi menjadi empat serogroup:
Grup A-C secara fisik serupa; S. sonnei (grup D) dapat dibedakan berdasarkan biochemical metabolisme assays. Tiga kelompok Shigella adalah spesies-spesies penyebab penyakit utama : S. flexneri adalah spesies yang  menyumbang 60% dari kasus-kasus di negara-negara berkembang; S. sonnei penyebab 77% kasus di negara maju dan  15%  di negara-negara berkembang, dan S. dysenteriae biasanya merupakan penyebab dari wabah disentri, terutama dalam populasi yang dibatasi seperti kamp pengungsian.




Gambaran bakteri Shigella
D.Gejala

Shigella dibagi dalam empat serogrup berdasarkan komponen-komponen utama antigen O yaitu:
1.      Grup A: Shigella dysenteriae
2.      Grup B: Shigella flexneri
3.      Grup C: Shigella boydii
4.      Grup D: Shigella sonnei
Setiap serogrup dibagi lagi dalam serotip berdasarkan komponen minor antigen O. sampai saat ini sudah ditemukan 10 serotip Shigella dysenteriae, 6 serotip Shigella flexneri, 15 serotip Shigella boydii, 1 serotip Shigella sonnei.


E.    Toksin
 Shigella sp. dapat menyebabkan penyakit karena bakteri tersebut mampu menghasilkan toxin (racun). Ada 2 macam racun, yaitu:
1.      Endotoksin
          Infeksi hampir selalu terbatas pada saluran pencernaan, invasi ke aliran darah sangat jarang dan sangat menular. Infeksi di usus akut ini adalah disentri basiler/ Shigellosis yang dapat sembuh sendiri. Reaksi peradangan yang hebat tersebut merupakan faktor utama yang membatasi penyakit ini hanya pada usus. Selain itu juga menyebabkan timbulnya gejala klinik berupa demam, nyeri abdomen, tenesmus ani (mulas berkepanjangan tanpa hasil pada hajat besar). Waktu terjadinya autolysis semua bakteri Shigella sp mengeluarkan lipopolisakaridanya yang toksik. Endotoksin mungkin akan menambah iritasi pada dinding usus.

2.      Eksotoksin
Eksotoksin merupakan protein yang antigenik (merangsang produksi antitoksin) dan mematikan hewan percobaan. Aktivitas enterotoksin terutama pada usus halus yang berbeda bila dibandingkan dengan disentri basiler klasik dimana yang terkena adalah usus besar. Sebagai eksotoksin zat ini dapat menimbulkan diare sebagaimana enteroktoksin yang tidak tahan panas.
Pada manusia eksotoksin menghambat absorbsi gula dan asam amino pada usus kecil. Neurotoksin ini juga ikut berperan dalam menyebabkan keparahan penyakit dan sifat infeksi Shigella dysenteriae, serta menimbulkan reaksi susunan saraf pusat (meningismus, koma,).



F.    Sifat biakan
Semua Shigella meragikan glukosa. Bakteri ini tidak meragikan laktosa kecuali Shigella sonei.  Ketidak mampuannya meragikan laktosa membedakan bakteri- bakteri Shigella pada perbenihan diferensial. Bakteri ini membentuk asam dari karbohidrat, tetapi jarang menghasilkan gas. Bakteri ini juga dibagi menjadi bakteri yang meragikan manitol dan yang tidak.
Aerob dan fakultatif anaerob, pH pertumbuhan 6,4 – 7,8 dan suhu pertumbuhan optimum 37oC kecuali Shigella sonnei dapat tumbuh pada suhu 45oC. Sifat biokimia yang khas adalah negatif pada reaksi fermentasi adonitol, tidak membentuk gas pada fermentasi glukosa, tidak membentuk H2S kecuali Shigella flexneri, negatif terhadap sitrat, DNAse, lisin, fenilalanin, sukrosa, urease, VP, manitol, laktosa kecuali Shigella sonei meragi  laktosa secara lambat, manitol, xylosa dan negatif pada tes motilitas.

G.     Patogenitas
 Bakteri tertelan, masuk dan berada di usus halus, menuju ileum terminal dan kolon melekat pada permukaan dan kolon, melekat pada permukaan mukosa, berkembang biak, reaksi peradangan hebat, sel-sel terlepas, timbul Ulkus, terjadi disentri basiler (tinja lembek, bercampur darah, mukus dan pus, nyeri abdomen, mules, tenesmus ani).
Masa inkubasinya adalah 2-4 hari, atau bisa lebih lama sampai 1 minggu. Oleh seseorang yang sehat diperlukan dosis 1000 bakteri Shigella untuk menyebabkan sakit. Penyembuhan spontan dapat terjadi dalam waktu 2-7 hari terutama pada penderita dewasa yang sehat sebelumnya, sedangkan pada penderita yang sangat muda atau tua dan juga pada penderita dengan gizi buruk penyakit ini akan berlangsung lama. Pernah ditemukan terjadinya septicemia pada penderita dengan gizi buruk dan berkhir dengan kematian.

H.     Cara Penularan
 Penyebaran Shigella adalah dari manusia ke manusia lain, dimana karier merupakan reservoir kuman. Dari karier ini Shigella disebarkan oleh lalat, juga melalui tangan yang kotor, makanan yang terkontaminasi, tinja serta barang-barang lain yang terkontaminasi ke orang lain yang sehat.

I.                   Pengobatan
Disentri parah dapat diobati dengan ampicillin, TMP-SMX, atau fluoroquinolones seperti ciprofloxacin dan tentu saja minum air yang banyak.

1.      Penanaman Bakteri SSA hari pertama (1) dengan menggunakan spesimen SS
Alat dan Bahan :
Ø  Oce
Ø  Bunsen
Ø  Spesimen Shigella sebagai bahan untuk d tanam pada Media SSA
Cara kerja
1.      Siapkan Spesimen SS Untuk d tanam pada Media Salmonella Shigella Agar
2.      Kemudian panaskan OCE dan dinginkan
3.      Masukkan OCE  kedalam Spesimen SS
4.      Oce yang telah tersentuh spesimen SS ditanam pada Media SSA dengan mebentuk Sig-Sag
5.      Kemudian Inkubasi pada suhu 370C, Selama 24 jam.










                    




Pengamatan :
Ø  Warna Kloni    : Putih Jernih, Transparan
Ø  Permukaan Kloni         : Cembung
Ø  Pinggir Kloni    : Bulat Rata
Ø  Ukuran Kloni   : Sedang Sampai besar

2.       Penanaman Media SSA pada  Kigler Iron Agar (KIA) hari ke dua (2)

Alat dan Bahan :
Ø  Nal
Ø  Bunsen
Ø  Media SSA Hari ke 2


Cara kerja :
1)      Siapkan Media SSA yang sudah ditanami spesimen SS
2)      Kemdian panaskan nal dengan menggunakan api bunsen dan dinginkan
3)      Kemudian Anbil bakterinya pada media SSA dengan menggunakan Nal
4)      Kemudian di tanam Pada Media KIA dengan menbentuk sig-sag dari Ujun dalam sampai kepermukaan kemudian di tusuk sampai kedasar tabun
5)      Dan Inkubasi pada suhu 370C, selama 24 jam.




Hasil Penanaman KIA Hari Ke Tiga (3)










Pengamatan :
Ø  Sleng/Lereng               : Merah Alkali
Ø  Batton/ Dasar             : Kuning (Acid)
Ø  Gas                              : Negatif
Ø  H2s                              : Negatif
Penanaman Media KIA SS Hari ke tiga (3) pada Tes Biokimia
















Alat dan bahan :
Alat :
Ø  Nal
Ø  OCE
Ø  Bunsen

Bahan :                                              
Ø  Urea                                    
Ø  Simon Citrat                                  
Ø  Motilty Indol Ornithin (MIO)        
Ø  Methil Red                                    
Ø  Vopeges  Proskauer                      
Ø  Lysin Iron Agar (LIA)
Ø  Glukosa
Ø  Laktosa
Ø  Sukrosa
Ø  Maltose
Ø  Malonet
Ø  Manito
Cara Kerja :
1)      Siapkan Media Media KIA (SS)
2)      Kemudia ditanam pada  Urea Agar dengan  bentuk sig-sag pada bagian Leren dengan menggunakan Oce
3)      Tanam pada Simon Citrat dengan bentuk sig – sag dengan mnggunakan  Oce
4)      Tanam pada MIO dengan menggunakan Naldan kemudian di tusuk dengan Nal sampai ke dasar tabun
5)      Tanam pada VP dengan menggunakan Oce pada bagian permukaan dengan cara memutar.
6)      Tanam pada LIA dengan bentuk sig-sag  dan tusuk dengan menggunakan Nal
7)      Tanam pada Malonet dengan menggunakan Oce pada bagian permukaan dengan memutar
8)      Tanam Pada Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Maltosa,Mannitol, dengan menggunakan Oce pada bagian permukaan dengan memutar
9)      Kemudian Inkubasi selama 24 jam.

Gambar Tes Biokimia sebelum penanaman Bakteri SS dengn (KIA)













4 .Hari Ke empat (4) penanaman bakteri Terhadap Tes Biokimia
Pengamatan / Hasil penanaman.






1.     



2.     



3.     

4.      MR positif (+) Terjadi warna merah setelah penambahan reagen Methi Red.




5.     


6.      LIA Positif (+)terjadi warna Ungu


7.     



8.      Laktosa, Sukrosa, Maltosa, Manitol Positif (+) karena  terdapat warna kuning pada permukaan larutan Gula – gula.






9.      Glukosa  Positif (+) terbentuk gas pada sisi dalam larutan Glukosa.





ISOLASI DAN IDDENTIFIKASI  Shigella



Manitol  Selenit  Broth  (MSB), sebagai media
pemupuk ( Enrichmen Medium), inkubasi pada             
suhu 37oC, selama 24 jam.                                                               


Diinkubasi pada suhu 37oC, selama 24 jam
Ø  Warna Kloni                     : Putih, jernih, transparan                   Cat Gram pengamatan :
Ø 
Ø  Pinggir Kloni                     : Bulat rata
Ø  Ukuran Kloni                    : Sedan sampai besar





Kigler Iron Agar (KIA)/ Triple Sugar  Agar (TSIA)
Di inkubasi pada suhu 370 C, selama 24 jam
Pengamatan :
Ø  Sleng / Leren                    : Merah (Alkali)
Ø  Batton / Dasar                 : kuning (Acid)
Ø  Gas                                   : Negatif
Ø  H2S                                    : Negatif



Urea                                                               Glukosa
Simon Citrat                                                   Laktosa
Motility Indol Ornithin                                   Sukrosa
Methil Red                                                     Maltosa
Lysin Iron Agar (LIA)                                      Manitol
 Inkubasi pada suhu 37oC, selama 24 jam.
Pengamatan : Cocokkan dalam Tabel 3




Untuk menentukan type dari Salmonella dengan menggunakan anti sera Shigella A,C,D, dan secara aglutinasi








                   Tabel 3 Tes Biokimia Singkat dari Shigella spesies


                                                                                                                         Hasil
                                                                                                                                














PEWARNAAN GRAM


A.Pra Analitik Pewarnaan Gram

Alat dan Bahan :
Alat :
Ø  Objek gelas
Ø  Bunsen
Ø  Pipet tetes
Ø  Rak pewarna
Ø  Oce
Ø  Mikroskop/oil Imerci

Bahan :
Ø  Media SS
Ø  NaCl
Ø  Karbon gentian violet
Ø  Lugol
Ø  Alkohol 96%
Ø  Aquadest
Ø  Fuchsin



B.Analitik

Cara kerja pembuatan pereparat :
1)      Siapkan Alat dan Bahan
2)      Siapkan Media Kigler Iron Agar (KIA)
3)      Fiksasi objek gelas sebagi tempat pembuata preparat sebagi bahan pemeriksaan
4)      Tetesi NaCl pada objek gelas untuk pembuatan preparat dari sediaan padat yang encerkan dengan NaCl.
5)      Penbuatan preparat berukuran 3 X 4 tidak boleh terllu tipis dan tidak boleh terllu Tebal
6)      Diamkan/ keringkan pada suhu ruangan
7)      Dan Letakkan pada rak pewarna Untuk dilakukan pewarnaan gram





Cara Kerja pewarnaan Gram :
1)      Sedian yang telah difiksasi dan dingin, dicat dengan larutan karbon gentian violet/ kristal violet selama 1-3 menit
2)      Zat warna dibuang dan diganti dengan larutan lugol selama 1 menit
3)      Larutan Zat Warna dibuang dan sediaan dicuci dengan alkohol 96% sampai semua  zat warna keluar.
4)      Sediaan dicuci dengan air
5)      Sediaan ducuci dengan larutan fuchsin selama 30 detik
6)      Sediaan dikeringkan dan dibilas dengan akuadest, kemudian diperiksa pada mikroskop denga memakai lensa Emersi (lensa Objektif  100X)
7)      Diperiksa minimal 100 Lapangan padan, dilaporkan dalam bentuk sifat bakteri terhadap pengecatan gram serta jumlah bakteri secara semi kuantitatif.
Negatif (-)       : Tidak ditemukan Bakteri
Positif  (+)       : Kuman Gram positif Berwarna UNGU
Kuman Gram negatif Berwarna MERAH




Gambar pada pewarnaan gram


Karbon Gentian Violet

 Larutan Lugol
 Karbon Fuchsin

 Sediaan yang telah di warnai

                                                                                            








Pengamatan pada Pewarnaan Gram Shigella gram Negatif di mikroskop dengn pembesaran 100X

                                                                                             

























C.Pasca Analitik :
Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara kuman Gram positif dan Kuman Gram Negatif.



















Kelompok 3
LAPORAN PRAKTIKUM
Tanggal Praktikum    : 4-7 Februari 2013
Judul Praktikum         : Isolasi dan Identifikasi Staphylococcus aureus
Dasar Teori                 :
Tinjauan Umum Staphylococcus
Staphylococcus berasal dari kata staphylos berarti kelompok buah anggur dan coccus berarti bulat.Kuman ini sering ditemukan sebagai flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia.Pada tahun 1880; Pasteur mengenal mengisolir micrococcu yang membentuk kelompok.Pada tahun 1881; Oyston berhasil mengisolir micrococci dari abces. Pada tahun 1884; Rosenbach untuk pertama kalinya mempelajari Staphylococcus secara mendalam sehingga berhasil mengenal varietas aureus, albus dari micrococcus pyogenes.
Klasifikasi Staphylococcus (www.wikipedia.org)
Kingdom         :  monera
Divisio             :  Firmicutes
Class                :  Bacilli
Order               :  Bacillales
Family             :  Sthapylococcacae
Genus              :  Staphyloccocus
Spesies            : Staphylococcus aureus
                               Staphylococcus citerus
                               Staphylococcus albus
                               Staphylococcus epidermidis
                               Staphylococcus saprophyticus




Morfologi
Bentuk: bulat, ukuran 1 mikron. Tidak membentuk spora. Tidak mempunyai flagela. Letak sel satu sama lain yang karakteristik bergerombol seperti buah anggur. Sifat karakteristik ini dipakai sebagai pemberian nama Staphylococcus. Tetapi kadang-kadang ada yang letaknya tersebar atau terpencar. Pengelompokan ini akan terlihat baik pada pengamatan penanaman dalam media padat. Pasangan atau rantai pendek lebih sering terlihat dalam smear nanah dan kultur dalam kaldu. Sifat pewarnaan: pada kultur muda bersifat Gram (+), sedang pada kultur tua bersifat Gram (-).
Koloni micrococci tumbuh cepat pada media agar pada suhu normal (370), dan biasanya bergaris tengah 1-2 mm setelah inkubasi 24 jam. Koloni tadi halus, basah, menonjol dengan tepi bulat dan berwarna, yaitu pada varietas albus berwarna putih, varietas citreus berwarna kuning jernih dan varietas aureus berwarna kuning emas.
Fisiologi dan morfologi
Micrococci tumbuh paling baik pada suhu 220 – 370. Umumnya dapat tumbuh dalam lingkungan aerob maupun anaerob. Produksi warna terlihat baik pada situasi aerob dan  terlihat paling baik pada kultur yang tumbuh pada suhu rendah. Produksi toksin pada semua strain terlihat pada penanaman dalam media sederhana yang berisi asam-asam amino, garam glukosa dan faktor pertumbuhan yaitu thiamin dan asam nicotinat. Dalam garis besarnya strain aureus lebih aktif metabolismenya dari pada strain albus. Dalam media kaldu yang berisi dekstrosa, sukrosa, maltosa, dan manitol akan terjadi pemecahan karbohidrat menjadi asam tanpa gas.
Patogenitas
Staphylococcus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat poogenik. Untuk pembuatan kultur dapat diambil bahan dari pernanahan kecil, bisul kecil, bisul besar, dan abces diberbagai bagian tubuh. Bakteri ini dapat masuk ke dalam kulit melalui folikel-folikel rambut, muara kelenjar keringat dan luka-luka kecil. Kemampuan yang menyebabkan penyakit dari staphylococcus adalah gabungan dari efek yang ditimbulkan oleh produk-produk ekstraseluler, daya infasi kuman dan kemampuan untuk berkembang biak.
Staphylococcus patogen mempunyai sifat sebagai berikut:
-        Dapat menghemolisa eritrosit
-        Menghasilkan koagulasi’dapat membentuk pigmen (kuning keemasan)
-        Dapat memecah manitol menjadi asam
Diantara staphylococcus yang mempunyai kemampuan besar untuk menimbulkan penyakit ialah Staphylococcus aureus.
Staphylococcus nonpatogen bersifat:
-        Non hemolitik
-        Tidak menghasilkan koagulasi
-        Koloni berwarna putih
-        Tidak memecah manitol
Infeksi yang ditimbulkan oleh Staphylococcus dapat meluas ke jaringan sekitarnya, perluasannya dapat melalui darah atau limfe, sehingga pernanahan disitu bersifat menahun, misalnya sampai pada sumsum sehingga terjadi radang sumsum tulang (osteomyelitis). Perluasan ini dapat sampai ke paru-paru, selaput otak dan sebagainya.
Toksin dan Enzim
 Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit karena kemampuannya berkembang biak dan menyebarluas dalam jaringan tubuh serta adanya beberapa zat yang dapat diproduksi olehnya, zat tersebut ialah:


1.    Eksotoksin
Bahan ini dapat diketemukan di dalam filtrat hasil pemisahan dari kuman dengan jalan menyaring kultur.
Bahan ini bersifat tidak tahan pemanasan dan bila disuntikkan kepada hewan percobaan dapat menimbulkan kematian dan nekrose kulit.
Eksotoksin ini mengandung hemolisin, yang dikenal dalam beberapa jenis:
Alfa hemolisin       : ialah putih telur yang dapat menghancurkan eritrosit kelinci dan dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah.
Beta hemolisin      : ialah suatu putih telur yang dapat menghancurkan eritrosit kambing (tetapi tidak pada eritrosit kelinci) dalam 1 jam pada suhu 37o
Gama hemolisin    : bersifat antigen.
Eksotoksin ini bila ditambah formalin akan kehilangan sifat toksinnya dan terbentuk toksoid yang dapat digunakan untuk imunisasi, walaupun akhirnya tidak dipakai karena nilai imunitasnya tidak ternilai.
2.    Leukosidin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh Staphylococcus yang bersifat membinasakan atau mematikan leukosit dari berbagai macam spesies binatang. Leukosidin juga suatu antigen tetapi lebih termolabil daripada eksotoksin.
3.    Enterotoksin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh jenis Staphylococcus tertentu, terutama bila ditanam pada media setengah padat dengan konsentrasi CO2 yang tinggi (30 %).

Sifat-sifat enterotoksin:
-        Bersifat antigen
-        Termostabil, tidak mengalami perubahan pada perebusan selama 30 menit.
-        Merupakan salah satu penyebab gejala keracunan makanan dengan gejala berupa: lesu, kejang perut, berak-berak (diare), muntah-muntah, yang terjadi 1-6 jam setelah makan makanan yang mengandung enterotoksin.
4.    Koagulase
Yaitu suspensi seperti enzim yang terdiri atas putih telur yang dapat mengendapkan plasma sitrat atau plasma oksalat. Staphylococcus patogen kebanyakan menghasilkan bahan ini.
5.    Lain-lain produk ekstra seluler dari Staphylococcus :
-        Stafilokinase yang dapat dengan lambat melarutkan fibrin seperti streptokinase.
-        Penisilinase, yang dapat merusak penisilin G.
-        Hialuronidase
-        Proteinase
-        Lipase
Pemeriksaan Laboratoris
Untuk pemeriksaan staphylococcus secara laboratorium dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara.
Bahan pemeriksaannya dapat berupa:
-        Nanah
-        Darah
-        Cairan otak
-        Usapan luka
Cara pemeriksaan
1.    Pemeriksaan langsung
Dari bahan dibuat sediaan/preparat, kemudian diadakan pewarnaan. Dapat dipakai zat warna sederhana, tetapi lebih baik dengan zat warna Gram. Umumnya bersifat gram positif. Secara mikroskopis tidak dapat dibedakan antara staphylococcus patogen dan yang non patogen.
2.    Penanaman
Kalau ditanam pada media agar darah selama 18 jam suhu 37O C akan tumbuh koloni. Untuk melihat ada tidaknya hemolisin, atau terbentuknya pigmen. Pengeraman harus lebih lama lagi. Pada infeksi campuran penanaman pada media ditambah 75 % NaCl agar flora lain sukar tumbuh.
3.    Tes Koagulase
Plasma sitrat yang telah diencerkan 1:5 dicampur dengan pertumbuhan Staphylococcus dalam media cair dalam jumlah yang sama. Kemudian ditunggu selama 3 jam, apabila terjadi perjendelan berarti bahwa Staphylococcus tersebut menghasilkan koagulase. Semua staphylococcus aureus yang tes koagulase positif adalah bersifat patogen terhadap manusia, kecuali staphylococcus albus yang dapat menyebabkan endocarditis (radang selaput dalam jantung).
4.    Tes Manitol
Staphylococcus ditanam pada media cair (air pepton) + 5 % manitol + phenol merah (sebagai indikator). Setelah dieramkan 18-24 jam akan terjadi perubahan warna menjadi kuning; karena terbentuk asam.
Pengobatan
Obat-obatan antibiotika mempunyai khasiat yang baik terhadap staphylococcus secara invitro. Tetapi secara invivo sering obat tersebut tidak dapat menerobos dinding fibrin untuk mencapai daerah pusat infeksi. Oleh karena itu dalam pengobatan disamping pemberian obat perlu adanya drainase (pengaliran) atau insisi (penyedotan).
Epidemi dan pengawasan
Sumber infeksi staphylococcus adalah kulit, saluran pernafasan, hasil muntahan. Infeksi staphylococcus di rumah sakit lebih membahayakan, sebab staphylococcus yang berasal dari petugas rumah sakit, dan para penderita biasanya sudah kebal (resisten) terhadap beberapa antibiotika. Kebersihan dan pengaturan pencegahan infeksi yang baik akan mengurangi meluasnya infeksi ini. Kamar bersalin, kamar operasi harus dijaga kemungkinan adanya kuman ini dengan pemberian desinfektan secara teratur serta penyinaran.
Alat dan Bahan :

Bahan Media :

a)    Media BA
b)    Urea
c)    LIA
d)    Laktosa
e)    Sukrosa
f)     Glukosa
g)    Simon Citrat
h)   MIO
i)     Mr
j)      VP
k)    Pewarnaan Gram
l)     Manitol
m)  Maltosa
n)   Malonet
o)    Media KIA
p)    Staphylococcus

Alat :
a)    Ose / nal
b)    Bunsen
c)    Inkubator
d)    Rak Tabung
Cara Kerja :
Hari ke-1
1.    Siapkan alat dan bahan
2.    Ambil spesimen bakteri dengan ose yang telah difiksasi kemudian tanam pada media BA dengan cara siksak.
3.    Simpan di inkubator pada suhu 370C selama 24 jam.
Hari ke- 2
1.    Ambil media bakteri yang telah tumbuh dari inkubator
2.    Sterilisasikan nal kemudian ambil media KIA
3.    Setelah nal dingin, ambil koloni bakteri yang sendiri tanam pada media KIA yang telah sediakan dengan cara sigsag.
4.    Simpan kembali pada inkubator pada suhu 37 C selama 24 jam
5.    Ambil koloni pada media KIA kemudian buat sediaan preparat kemudian lakukan pengecatan gram dan lihat dimikroskop.
Hari ke- 3
1.    Siapkan media tes biokimia
2.    Ambil media KIA yang bakterinya telah tumbuh dari inkubator
3.    Fiksasi ose / nal,setelah dingin ambil media urea agar kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media urea agar dengan cara sigsag.
4.    Fiksasi ose / nal,Setelah dingin ambil media Simon Citrat kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Simon Citrat dengan cara sigsag.
5.    Fiksasi ose / nal,setelah dingin ambil media MIO kemudian ambil baktri pada medi KIA kemudian tanam pada media MIO dengan cara menusuk hingga dasar tabung.
6.    Fiksasi  ose,setelah dingin ambil media MR kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media MR dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
7.    Fiksasi ose,setelah dingin ambil media VP kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media VP dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
8.    Fiksasi nal,Setelah dingin ambil media LIA kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media LIA dengan cara sigsag dari dalam ke luar kemudian tusuk hingga dasar tabung.
9.    Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Glukosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Glukosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
10. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Laktosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Laktosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
11. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Sukrosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Sukrosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
12. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Maltosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Maltosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
13. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Manitol kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Manitol dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
14. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Malonet kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Malonet dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
15. Kemudian simpan di inkubator pada suhu 37C selama 24 jam.

Hari ke- 4
1.    Baca hasil pemeriksaan tes biokimia.

Gambar Hasil.
Koloni Pada Media BA (Blood Agar)
Warna Koloni             : kelabu, keruh, betha homolysis
Permukaan bakteri    : cembung
Pinggir koloni             : bulat rata
Ukuran koloni            : sedang sampai besar

Media KIA
Media KIA yang telah ditumbuhi Bakteri Staphylococcus
Sleng/Lereng    : Acid (kuning)
Battom/Dasar    : Acid (kuning)
Gas                     : negatif
H2S                     : negatif




Karbon Gentian Violet

 Larutan Lugol
 Karbon Fuchsin

 Sediaan yang telah di warnai

Bakteri Staphylococcus Aureus berwarna merah

Media Urea Agar, Simon Citrat, MIO, MR, VP, LIA

Media Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Maltosa, Manitol, Malonet
Hasil pada Media Urea Agar, Simon Citrat, MIO, MR, VP, LIA

Hasil pada Media Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Maltosa, Manitol, Malonet












Kelompok 2
Judul Praktikum       : Identifikasi bakteri Escherichia coli
Waktu Praktikum      : 04 – 07 Februari 2013
Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, sepertiE. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin. Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S rRNA, sehingga menghentikan sintesis protein. Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang belum masak, seperti daging hamburger yang belum matang.
E. Coli yang tidak berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2, atau dengan mencegah baketi lain di dalam usus.
E. coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya. Negara-negara di eropa sekarang sangat mewapadai penyebaran bakteri E.Coli ini, mereka bahkan melarang mengimpor sayuran dari luar. (Wikipedia.org)




Domain : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli

Escherichia  coli  pertama  kali  diidentifikasikan  oleh  dokter  hewan Jerman, Theodor Escherich dalam studinya mengenai sistem pencernaan pada  bayi  hewan.  Pada  1885,  beliau  menggambarkan  organisme  inisebagai  komunitas  bakteri  coli  (Escherich  1885)  dengan  membangun segala  perlengkapan  patogenitasnya  di  infeksi  saluran  pencernaan. Nama  “Bacterium coli”    sering  digunakan  sampai  pada  tahun  1991. Ketika  Castellani  dan  Chalames  menemukan  genus  Escherichia  dan menyusun tipe spesies E. coli.

Gejala diare atau mencret adalah tinja  yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
·         Muntah
·         Badan lesu atau lemah
·         Panas
·         Tidak nafsu makan
·         Darah dan lendir dalam kotoran
Diare  bisa  menyebabkan  kehilangan  cairan  dan  elektrolit (misalnya  natrium dan  kalium),  sehingga  bayi  menjadi  rewel  atau  terjadi  gangguan  irama  jantung  maupun  perdarahan otak. Diare  seringkali  disertai  oleh  dehidrasi  (kekurangan  cairan). Dehidrasi  ringan  hanya  menyebabkan  bibir  kering.  Dehidrasisedang  menyebabkan  kulit keriput,  mata  dan  ubun-ubun menjadi cekung  (pada  bayi  yang  berumur  kurang  dari  18 bulan).  Dehidrasi  berat  bisa  berakibat          fatal,  biasanya menyebabkan syok.
Penularan  penyakit diare  adalah  kontak  dengan  tinja  yang terinfeksi secara langsung, seperti :
·         Makanan  dan  minuman  yang  sudah  terkontaminasi, baik  yang  sudah  dicemari  oleh  serangga  atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
·         Bermain  dengan  mainan  yang  terkontaminasi,  apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut.
·         Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
·         Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
·         Tidak  mencuci  tangan  dengan  bersih  setelah  selesai buang  air  besar  atau  membersihkan  tinja  anak  yang terinfeksi,  sehingga  mengkontaminasi  perabotan  dan alat-alat yang dipegang.
Prinsip  pengobatan  diare  adalah  mencegah  dehidrasidengan    pemberian     oralit             (rehidrasi)      dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor  seperti  salah  makan,  bakteri,  parasit,  sampai  radang. Pengobatan  yang  diberikan  harus  disesuaikan  dengan  klinis pasien.
Obat diare  dibagi  menjadi  tiga,  pertama  kemoterapeutika yang  memberantas  penyebab  diare  .seperti  bakteri  atau parasit,  obstipansia  untuk  menghilangkan  gejala  diare  dan spasmolitik  yang  membantu  menghilangkan  kejang  perutyang tidak menyenangkan.  Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa  resep  dokter.  Dokter  akan  menentukan  obat yang disesuaikan  dengan  penyebab  diarenya  misal  bakteri, parasit.  Pemberian  kemoterapeutika  memiliki  efek  samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter.
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan  tapi  juga  elektrolit.  Kehilangan  cairan  dan elektrolit melalui  diare  ini  kemudian  dapat menimbulkan dehidrasi.  Dehidrasi  inilah  yang  mengancam jiwa  penderita diare.
·         Kemoterapeutika  untuk  terapi  kausal  yaitu  memberantas bakteri  penyebab  diare  seperti  antibiotika,  sulfonamide, kinolon dan furazolidon:
Ø  Racecordil
Anti  diare  yang  ideal  harus  bekerja  cepat,  tidak menyebabkan  konstipasi,  mempunyai  indeks  terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf  pusat,  dan  yang  tak  kalah  penting,  tidak menyebabkan             ketergantungan.      Racecordil     yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.
Ø  Loperamide
Loperamide  merupakan  golongan  opioid  yang  bekerja dengan  cara  memperlambat motilitas  saluran  cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga  efek  konstipasinya  diakibatkan  oleh  ikatan loperamid  dengan  reseptor  tersebut.  Efek  samping  yang sering  dijumpai  adalah  kolik  abdomen  (luka  di  bagian perut),  sedangkan  toleransi  terhadap  efek  konstipasijarang sekali terjadi.
Ø  Nifuroxazide
Nifuroxazide  adalah  senyawa  nitrofuran  memiliki  efek bakterisidal   terhadap       Escherichia   coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus,          Staphylococcus       dan Pseudomonas  aeruginosa.  Nifuroxazide  bekerja  lokalpada saluran pencernaan. Obat diare  ini  diindikasikan  untuk  dire  akut,  diare  yang disebabkan  oleh  E.  coli  &  Staphylococcus,  kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.
Ø  Dioctahedral smectite
Dioctahedral       smectite         (DS),   suatu aluminosilikat nonsistemik  berstruktur  filitik,  secara  in  vitro  telah  terbukti dapat melindungi  barrier  mukosa  usus  dan  menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh  bakteri.  Zat  ini juga  dapat memulihkan  integritas mukosa  usus  seperti  yang  terlihat dari  normalisasi  rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut
·         Obstipansia  untuk  terapi  simtomatis  (menghilangkan gejala)  yang  dapat            menghentikan  diare  dengan beberapa cara: 
Ø  Zat      penekan  peristaltik,  sehingga  memberikan  lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus  seperti derivat petidin  (difenoksilatdan  loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna).
Ø   Adstringensia  yang  menciutkan  selaput         lendir  usus, misalnya  asam samak  (tannin)  dan  tannalbumin,  garam-garam bismuth dan alumunium.
Ø  Adsorbensia,  misalnya  karbo  adsorben  yanga  pada permukaannya       dapat            menyerap (adsorpsi)           zat-zat beracun  (toksin)  yang  dihasilkan  oleh  bakteri  atau  yang adakalanya  berasal  dari  makanan  (udang,  ikan). Termasuk  di  sini  adalah  juga  musilago  zat-zat lendir  yang menutupi  selaput lendir  usus  dan  luka-lukanya dengan suatu  lapisan  pelindung  seperti  kaolin,  pektin  (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium.
·         Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang  otot yang  seringkali  mengakibatkan  nyeri  perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.
Penyakit yang sering ditimbulkan oleh  E. Coli adalah  Diare. Berikut adalah penyakit diare yang berkaitan. Penyakit diare yang berkaitan  E.  Coli  yang  menyebabkan  diare  sangat sering  ditemukan  diseluruh  dunia.  E,  Coli  ini  diklasifikasikan  oleh  cirri  khas  sifat –  sifat virulensinya  dan  setiap  grup  menimbulkan  penyakit          melaluimekanisme yang berbeda, antara lain:
·         E. Coli Enteropatogenik (EPEC)
Penyebab  penting  diare  pada  bayi,  khususnya  di  Negara berkembang.  EPEC  melekat pada  sel  mukosa  yang  kecil. Faktor  yang  diperantarai  secara  kromosom menimbulkan pelekatan  yang  kuat.  Akibat dari  infeksi EPEC  adalah  diare cair yang biasanya sembuh sendiri taetapi dapat juga kronik. Lamanya  diare  EPEC  dapatdiperpendk    dengan pemberian  anibiotik.
Diare  terjadi  pada  manusia,  kelinci, anjing,  kucing dan  kuda.  Seperti  ETEC,  EPEC  juga menyebabkan  diare  tetapi  mekanisme  molekular  darikolonisasi  dan  etiologi  adalah  berbeda.  EPEC  sedikit fimbria, ST  dan  LT  toksin,  tetapi  EPEC  menggunakan  adhesin  yang dikenal  sebagai  intimin  untuk  mengikat  inang  sel usus.







Bakteri Escherichia coli dapat menyebabkan terjadinya epidemik penyakit-penyakit saluran pencernaan makanan seperti kolera, tifus, disentri, diare dan penyakit cacing. Bibit penyakit ini berasal dari feses manusia yang menderita penyakit-penyakit tersebut. Indikator yang menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah dikotori feses adalah dengan adanya Escherichia coli dalam air tersebut karena dalam feses manusia baik dalam keadaan sakit maupun sehat terdapat bakteri ini dalam tubuhnya.
Bakteri Escherichia coli dapat juga menimbulkan pneumonia, endokarditis, infeksi pada luka dan abses pada organ. Bakteri ini juga merupakan penyebab utama meningitis pada bayi yang baru lahir dan penyebab infeksi tractor urinarius (pyelonephritis cysticis) pada manusia yang dirawat di rumah sakit (infeksi nosokomial). Pencegahannya dilakukan melalui perawatan yang sebaik-baiknya di rumah sakit yaitu berupa pemberian antibiotic dan tindakan antiseptic dengan benar.
Beberapa Penyakit yang Disebabkan Oleh Bakteri Escherichia coli adalah:
·         Penyakit diare
Bakteri Escherichia coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan diseluruh dunia. Bakteri ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya dan setiap grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda seperti yang sudah diutarakan. Gejalanya yaitu diare yang merupakan buang air besar yang encer dengan frekuensi 4x atau lebih dalam sehari, kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, bahkan darah dan lender dalam kotoran. Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
·         Infeksi saluran kemih
Penyebab yang paling sering dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda. Gejalanya yaitu sering kencing, disuria, hermaturia, dan piura. Kebanyakan infeksi ini disebabkan oleh Escherichia coli dengan sejumlah tipe antigen O.
·         Sepsis
Bila pertahanan tubuh ibu tidak kebal, Escherichia coli dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir dapat sangat rentan terhadap sepsis Escherichia coli karena tidak memiliki antibody IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih.

Identifikasi Bakteri Escherichia coli
Bahan :

Cara Kerja:
1.    Siapkan alat dan bahan
2.    Ambil spesimen bakteri dengan ose yang telah difiksasi kemudian tanam pada media BA dengan cara siksak.
3.    Simpan di inkubator pada suhu 370C selama 24 jam.

1.    Ambil media bakteri yang telah tumbuh dari inkubator.
2.    Sterilisasikan nal kemudian ambil media KIA.
3.    Setelah nal dingin, ambil koloni bakteri yang sendiri tanam pada media KIA yang telah sediakan dengan cara sigsag.
4.    Simpan kembali pada inkubator pada suhu 37 C selama 24 jam
5.     Ambil koloni pada media KIA kemudian buat sediaan preparat kemudian lakukan pengecatan gram dan lihat dimikroskop.
1.    Siapkan media tes biokimia.
2.    Ambil media KIA yang bakterinya telah tumbuh dari inkubator.
3.    Fiksasi ose / nal,setelah dingin ambil media urea agar kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media urea agar dengan cara sigsag.
4.    Fiksasi ose / nal,Setelah dingin ambil media Simon Citrat kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Simon Citrat dengan cara sigsag.
5.      Fiksasi ose / nal,setelah dingin ambil media MIO kemudian ambil baktri pada medi KIA kemudian tanam pada media MIO dengan cara menusuk hingga dasar tabung.
6.    Fiksasi  ose,setelah dingin ambil media MR kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media MR dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
7.     Fiksasi ose,setelah dingin ambil media VP kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media VP dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.

8.    Fiksasi nal,Setelah dingin ambil media LIA kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media LIA dengan cara sigsag dari dalam ke luar kemudian tusuk hingga dasar tabung.
9.     Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Glukosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Glukosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
10. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Laktosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Laktosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
11. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Sukrosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Sukrosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
12. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Maltosa kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Maltosa dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
13. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Manitol kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Manitol dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
14. Fiksasi ose,setelah dingin ambil media Malonet kemudian ambil bakteri pada media KIA kemudian tanam pada media Malonet dengan cara disuspensi pada pinggir tabung.
15. Kemudian simpan di inkubator pada suhu 37C selama 24 jam.



Hari Keempat
1.    Baca hasil pemeriksaan tes biokimia.

2.    Hasil Gambar
a.    Media ENDO Agar Setelah di Inkubasi Selama 24 jam dan terlihat Koloni Bakteri yang tumbuh didalam media.





b.    Media KIA/TSIA






c.    Hasil Uji Biokimia
·         Urea = Negatif







·        






·         MIO : Positif, Positif, V(vivti-vivti)





·         Malonat : Negatif






·        








·        







·        







·         Laktosa : Positif





·         Metil Red : Positif, pada gambar dibawah ini belum ada penambahan reagen MR.










·        






d.    Pewarnaan Gram


Karbon Gentian Violet

 Larutan Lugol
 Karbon Fuchsin






           



                                                                                                                                       

Bakteri Escherchia coli, basil, gram negatif di bawah Objektif 100x.


















Klompok 1

IDENTIFIKASI PSEUDOMONAS
Pseudomonas berasal dari bahasa yunani yaitu pseudo berarti palsu dan monas berarti satu unit. Pseudomonas sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon.
            Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp. dengan senyawa hidrokarbon.
Kemampuan bakteri Pseudomonas sp. dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam menghasilkan biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp. berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon.
Genus pseudomonas terdiri dari sejumlah kuman batang gram negatif  yang tidak meragi karbohidrat, hidup aerob di tanah dan di air.
Dalam habitat alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan zat organik. Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih. Beberapa diantaranya adalah fakultatif khemoliotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai sumber karbon katalase positif.
Ada yang patogen bagi binatang atau tanaman dan ada yang patogen bagi kedua-duanya. Kebanyakan spesies pseudomonas tidak menyebabkan infeksi pada manusia, tetapi kuman ini penting karena bersifat oportunis patogen, dapat menyebabkan infeksi pada individu dengan ketahanan tubuh yang menurun.
Infeksi biasanya gawat, sulit diobati dan biasanya merupakan infeksi nosokomial. Genus pseudomonas mempunyai spesies paling sedikit 10-12 yang penting dalam klinik. Klasifikasi pseudomonas berdasar pada homologi rRNA atau DNA dan sifat pertumbuhannya.

Spesies-spesies pseudomonas :
Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas flouresen
Pseudomonas putida
Pseudomonas stutzeri
Pseudomonas mendocina


Pseudomonas aeruginosa
A.           Gambaran umum
          Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu, P.aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit manusia. Tetapi, infeksi P.aeruginosa menjadi problema serius pada pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Angka fatalitas pasien-pasien tersebut mencapai 50 %. P. aeruginosa termasuk dalam genus Pseudomonas,  bakteri gram negatif, berbentuk tangkai, polar dan berflagel.



B.           Klasifikasi Ilmiah

Kingdom       :        Bacteria
Phylum         :        Proteobacteria
Class            :        Gamma Proteobacteria
Order           :       Pseudomonadales
Family          :        Pseudomonadaceae
Genus           :       Pseudomonas
Species         :       Pseudomonas aeruginosa

C.           Morfologi dan Identifikasi
Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 μm. Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang membentuk rantai yang pendek. P. aeruginosa termasuk bakteri gram negatif. Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif, tidak mampu memfermentasi tetapi dapat mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora, tidak mempunyai selubung (sheat) dan mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak.
Bakteri ini dapat tumbuh di air suling dan akan tumbuh dengan baik dengan adanya unsur N dan C. Suhu optimum untuk pertumbuhan P. aeruginosa adalah 42o C. P. aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena kebutuhan nutrisinya sangat sederhana. Di laboratorium, medium paling sederhana untuk pertumbuhannya digunakan asetat (untuk karbon) dan ammonium sulfat (untuk nitrogen).
Pembiakan dari spesimen klinik biasanya menghasilkan satu atau dua tipe koloni yang halus :
a.  Koloni besar dan halus dengan permukaan rata dan meninggi.
b.  Koloni halus dan mukoid sebagai hasil produksi berbahan dari alignat. Tipe ini sering didapat    dari sekresi saluran pernafasan dan saluran kemih.
Alignat merupakan suatu eksopolisakarida yang merupakan polimer dari glucoronic acid dan mannuronic acid, berbentuk gel kental disekeliling bakteri. Alignat ini memungkinkan bakteri untuk membentuk biofilm, yaitu kumpulan koloni sel-sel mikroba yang menempel pada suatu permukaan misalnya kateter intravena atau jaringan paru. Alignat dapat melindungi bakteri dari pertahanan tubuh inang, seperti limfosit, fagosit, silia, di saluran pernafasan, antibodi, dan komplemen. P. aeruginosa membentuk biofilm untuk membantu kelangsungan hidupnya saat membentuk koloni pada paru-paru manusia.          
Terkadang menghasilkan bau yang manis dan menyerupai anggur. Koloni yang dibentuk halus bulat dengan warna fluoresensi yang kehijau-hijauan. Bakteri ini menghasilkan pigmen yang tak berfluoresensi kehijauan (plosianin). Strain P. aeruginosa menghasilkan pigmen yang berfluoresensi antara lain: piooverdin (warna hijau), piorubin (warna merah gelap), piomelanin (hitam). P. aeruginosa yang berasal dari koloni yang berbeda mempunyai aktivitas biokimia, enzimatik dan kepekaan antimikroba yang berbeda.
        Pili (fimbriae) menjulur dari permukaan sel dan membantu pelekatan pada sel epitel inang. Lipopolisakarida yang terdapat  dalam banyak imunotipe merupakan salah satu faktor virulensi dan juga melindungi sel dari pertahanan tubuh inang. P. aeruginosa dapat digolongkan berdasarkan imunotipe lipopolisakarida dan kepekaannya terhadap piosin (bakteriosin). Produk ekstraseluler yang dihasilkan berupa enzim-enzim, yaitu elastase protease dan dua hemolisin, fosfolipase C yang tidak tahan panas dan rhamnolipid.
P. aeruginosa resisten terhadap konsentrasi tinggi garam dan zat pewarna, antiseptik, dan banyak antibodi yang sering digunakan. Suatu studi intensif menyatakan bakteri ini mempunyai gen untuk resistensi terhadap merkuri, disebut gen mer yang berada dalam plasmid.
Kemampuan P. aeruginosa menyerang jaringan bergantung pada reproduksi enzim-enzim dan toksin-toksin, yang merusak barier tubuh dan sel-sel inang. P. aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri Gram-negatif lain, misalnya endotoksin menyebabkan gejala sepsis dan syok septik, eksotoksin A menyebabkan nekrosis jaringan, enzim-enzim ekstra seluler bersifat histotoksik dan mempermudah infasi kedalam pembuluh darah.









D.   Siklus Hidup

Adanya rangsangan dari lingkungan (luar tubuh) akan memicu pengaturan yang memberikan sinyal kepada system penginderaan berupa sinyal mikroba. Kemudian bakteri ini akan membenrtuk sel planktonik yang kemudian membuat formasi biofilm. Pembentukan biofilm dimulai dengan terangkatnya mikroorganisme bebas-mengambang ke permukaan. Koloni pertama menuju ke permukaan secara perlahan (gaya van der Waals yang reversible). Jika koloni tidak segera dipisahkan dari permukaan, mereka dapat membuat diri mereka  lebih permanen dengan menggunakan struktur sel adhesi seperti pili. Koloni pertama memfasilitasi kedatangan sel lain dengan menyediakan situs adhesi lebih beragam dan mulai membangun matriks yang memegang biofilm bersama-sama. Tahap akhir pembentukan biofilm dikenal sebagai pembangunan, dan tahap di mana biofilm didirikan dan hanya dapat berubah dalam bentuk dan ukuran.  Perkembangan biofilm memungkinkan untuk koloni sel agregat (ies) menjadi semakin resisten antibiotik.  Formasi biofilm ini akan mengirimkan sinyal ke sel inang. Setelah proses pembentukkan biofilm, sel inang  mengirimkan sinyal sitokinesis kepada bakteri ini yang kemudian menghasilkan sinyal adanya molekul metabolit sekunder.
Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari sumbernya, mengalami penyebaran dan mempunyai gerbang masuk bagi inang yang rentan. Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari saluran yang telah diinfeksinya. Apabila menginfeksi pada saluran pernapasan maka akan meninggalkan saluran tersebut dan berpindah pada inang rentan yang lain. Mengingat Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen nosokomial, cara pemindahsebarannya dapat melalui penanganan dan penggunaan alat yang tidak steril. Kemudian akan menginfeksi inang lain yang rentan pada bagian tertentu misalnya saluran kencing. Inang rentan ini biasanya pasien bedah, pasien yang terluka atau luka bakar, pasien yang menjalani pengobatan radiasi, juga pasien dengan peralatan yang menembus tubuh.

E.   Reaksi biokimia
Kuman ini dapat mencairkan gelatin dan tidak membentuk H2S. Indol (-) dan kadang-kadang terjadi false indol (+). Hal ini, terjadi bila dipakai reagensia Erlich dan sebaiknya memakai reagensia dari Kovac. Tidak memecah urea.
P. aerugonisa merupakan organisme yang sangat mudah beradaptasi dan dapat memakai 80 gugus organik yang berbeda untuk pertumbuhannya dan amonia sebagai sumber nitrogen.
Dapat tumbuh pada perbenihan yang dipakai untuk isolasi kuman Enterobacteriaceae dan mempunyai kemampuan untuk menolerir keadaan alkalis, jiuga dapat tumbuh pada perbenihan untuk kuman fibrio. Meskipun, pseudomonas merupakan organisme aerob, tetapi ia dapat mempergunakan nitrat dan arginin sebagai aseptor elektron dan tumbuh secara an aerob.
Suhu pertumbuhan optimum ialah 35⁰C tetapi dapat juga tumbuh 42⁰C. Hasil isolasi bahan klinik sering memberikan beta hemolisis pada agar darah.

P. aerugonisa adalah satu-satunya spesies yang menghasilkan:
1. piosianin, suatu pigmen yang larut dalam kloroform. Strain lainnya menghasilkan pigmen fenazin.
2. fluorezen, suatu pigmen yang larut dalam air. Beberapa strain menghasilkan pigmen darah.

F.    Epidemiologi
P. aerugonisa terdapat di tanah dan air, dan pada ±10% orang merupakan flora normal di kolon (usus besar). Dapat dijumpai pada daerah lembab di kulit dan dapat membentuk koloni pada saluran pernapasan  bagian atas pasien-pasien rumah sakit.
P. aerugonisa dapat dijumpai  di banyak tempat di rumah sakit, disinfektan, alat bantu pernapasan, makanan, saluran pembuangan air, dan kain pel merupakan beberapa contoh resevoir. Selain itu, dapat juga lewat hewan (lalat, nyamuk, dsb) yang telah tercemar. Pseudomonas aeruginosa menyebabkan kontaminasi pada perlengkapan anestesi dan terapi pernafasan, cairan intravena, bahkan air hasil proses penyulingan. Suatu penelitian di unit perawatan intensif neonatus menyatakan bahwa    P. aerugonisa  paling sering membentuk koloni di saluran pernapasan dan saluran cerna. Hal ini terutama dijumpai pada bayi prematur oleh karena pH lambung sering tinggi sehingga mendukung pertumbuhan bakteri. Penyebaran terjadi dari pasien ke pasien lewat tangan karyawan rumah sakit, melalui kontak langsung dengan reservoir, atau lewat pencernaan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
P. aerugonisa  menyebabkan kontaminasi pada perlengkapan anestesi dan terapi pernapasan , cairan intravena, bahkan air hasil proses penyulingan. Endoskopi, termasuk bronkoskopi adalah alat-alat medik yang paling sering dihubungkan dengan berjangkitnya infeksi nosokomial. Suatu penelitian di AS membuktikan bawa dari 414 pasien yang menjalani prosedur bronkoskopi didapati 9,4% infeksi saluran napas atas dan bawah serta infeksi lewat aliran darah, dan pada 66,7% dari infeksi tersebut didapati P. aerugonisa sesudah dilakukan kultur.
Karena merupakan patogen nosokomial maka metode untuk mengendalikan infeksi ini mirip dengan metode untuk patogen nosokomial lainnya. Kemampuannya untuk tumbuh subur dalam lingkungan yang basah menuntut perhatian khusus pada bak cuci, bak air, pancuran, bak air panas, dan daerah basah yang lain. Untuk mencegah terkontaminasinya kolam renang umum, dilakukan klorinasi terhadap air kolam renang, menghindari lantai kolam renang yang kasar untuk mengurangi gesekan pada kulit, dan membersihkan lantai kolam renang beserta saluran air menggunakan senyawa ammonium quaternium diikuti penggunaan ozone untuk memecah biofilm.
Untuk tujuan epidemiologi, strain dapat ditentukan tipenya berdasarkan kepekaan terhadap piosin dan imunotipe lipopolisakaridanya. Vaksin dari jenis yang tepat yang diberikan pada penderita dengan risiko tinggi akan memberikan perlindungan sebagian terhadap spesies Pseudomonas. Terapi semacam itu telah digunakan secara ekperimental pada penderita leukimia, luka bakar, fibrosis kistik, dan imunosupresi.


G.   Patogenesis
Faktor sifat yang memungkinkan organisme mengatasi pertahanan tubuh normal dan menimbulkan penyakit ialah : pili, yang melekat dan merusak membran basalis sel; polisakarida simpai, yang meningkatkan perlekatan pada jaringan tetapi tidak menekan fagositosis; suatu hemolisin yang memiliki aktivitas fosfolipasa; kolagenasa dan elastasa dan flagel untuk membantu pergerakan.
Sedangkan faktor yang menentukan daya patogen adalah LPS mirip dengan yang ada pada Enterobacteriaceae; eksotoksin A, suatu transferasa ADP-ribosa mirip dengan toksin difteri yang menghentikan sintesis protein dan menyebabkan nekrosis di dalam hati; eksotoksin S yang juga merupakan transferasa ADP-ribosa yang mampu menghambat sintesis protein eukariota.
Produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang merusak barrier tubuh dan sel-sel inang menentukan kemampuan Pseudomonas aeruginosa menyerang jaringan. Endotoksin P. aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri Gram-negatif lain menyebabkan gejala sepsis dan syok  septik. Eksotoksin A menghambat sintesis protein eukariotik dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin difteria (walaupun struktur kedua toksin ini tidak sama) yaitu katalisis pemindahan sebagian ADP-ribosil dari NAD kepada EF-2. Hasil dari kompleks ADP-ribosil-EF-2 adalah inaktivasi sintesis protein sehingga mengacaukan fungsi fisiologik sel normal. Enzim-enzim ekstraseluler, seperti elastase dan protease mempunyai efek hidrotoksik dan mempermudah invasi organisme ini ke dalam pembuluh darah.
Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan dalam beberapa serum manusia, termasuk serum penderita yang telah sembuh dari infeksi yang berat. Psiosianin merusak silia dan sel mukosa pada saluran pernafasan. Lipopolisakarida mempunyai peranan penting sebagai penyebab timbulnya demam, syok, oliguria, leukositosis, dan leukopenia, koagulasi intravaskular diseminata, dan sindroma gagal pernafasan pada orang dewasa. Strain Pseudomonas aeruginosa yang punya sistem sekresi tipe III, secara signifikan lebih virulen dibandingkan dengan yang tidak punya sistem sekresi tersebut. Sistem sekresi tipe III adalah sistem yang dijumpai pada bakteri gram negatif, terdiri dari sekitar 30 protein yang terbentang dari bagian dalam hingga luar membran sel bakteri, berfungsi seperti jarum suntik yang menginjeksi toksin-toksin secara langsung ke dalam sel inang sehingga memungkinkan toksin mencegah netralisasi antibodi.
Pseudomonas aeruginosa menimbulkan berbagai penyakit diantaranya yaitu :
·                Infeksi pada luka dan luka bakar menimbulkan nanah hijau kebiruan
·                Infeksi saluran kemih.
·                Infeksi pada saluran napas mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrosis.
·                Otitis eksterna ringan pada perenang.
·                Infeksi mata.

H.   Gejala Klinik
Gejalanya tergantung bagian tubuh yang terkena, tetapi infeksi ini cenderung berat:
a.         Infeksi pada luka atau luka bakar, ditandai dengan nanah biru-hijau dan bau manis seperti anggur. Infeksi ini sering menyebabkan daerah ruam berwarna hitam keunguan dengan diameter sekitar 1 cm, dengan koreng di tengahnya yang dikelilingi daerah kemerahan dan pembengkakan. Ruam ini sering timbul di ketiak dan lipat paha. Hal ini dapat juga dialami oleh penderita kanker.
b.        Infeksi saluran kemih, biasanya kronis dan terjadi pada    orang yang sudah tua.
c.         Pneumonia, pada fibrosis kistik mungkin terjadi kolonisasi kuman strain yang berlendir pada paru-paru. Infeksi paru-paru pada penderita bila menghirup Pseudomonas aeruginosa dalam jumlah besar pada alat bantu pernafasan yang tercemar. Sering menyebabkan gangguan mental, renjatan septik gram negatif dan sianosis yang semakin berat.
d.        Otitis eksterna maligna, suatu infeksi telinga, bisa menyebabkan nyeri telinga hebat dan kerusakan saraf dan sering terjadi pada penderita kencing manis.
e.    Infeksi mata, Pseudomonas aeruginosa bisa menyebabkan koreng pada mata, mencemari lensa mata dan cairan lensa.

I.    Diagnosis
Biakan merupakan tes spesifik untuk diagnosis infeksi Pseudomonas aeruginosa. Bakteri batang gram negatif nonfermenter mudah tumbuh pada media isolasi primer rutin dan mudah diisolasidari spesimen klinik atau lingkungan rumah sakit. Biasanya diisolasi pada media agar pepton dengan atau tanpa penambahan 5% darah domba atau kelinci, meskipun media yang diperkaya darah tidak menjadi dasar untuk isolasi bakteri ini. Selain agar darah, untuk isolasi primer digunakan salah satu media diferensial, misalnya agar MacConkey atau eosinmetlrylene blue. Pada media diferensial tersebut Pseudomonas aeruginosa tumbuh sebagai koloni yang tidak memfermentasi laktosa (tidak berwarna). Media isolasi primer biasanya diinkubasi pada 35° C atau 37°C. Media mengandung cetrimide, irgasan, C-390, sodium lauroyl sarcosine, atau senyawa yang sama, digunakan untuk isolasi selektif.
Prosedur skrining untuk membedakan Pseudomonas aeruginosa dari genus yang sama dan spesies nonfermenter lainnya adalah bau, pigmentasi, morfologi koloni, reaksi pada pewarnaan Gram,morfologi fagel, bentuk penggunaan glukosa, produksihidrogen sulfida, arginin dihidrolase clan indofenol oksidase, pertumbuhan pada 42°C, clan proses oksidasi glukosa, xylosa, laktosa, dan maltosa pada media basal oxidative fermentative (OF).
Lebih kurang 15% dari seluruh gram negatif yang diisolasi dari spesimen klinik adalah nonfermenter, dan lebih kurang 70% dari isolat tersebut adalah Pseudomonas aeruginosa piosianogenik. Untuk membedakan dari isolat lainnya, diperlukan metode identifikasi tambahan. Uji serologik, bactertophage, pola bakteriosin, profil plasmid, dan profil enzim telah digunakan sebagai penanda epidemiologik atau sarana penelitisn untuk identifikasi Pseudomonas aeruginosa. Antibodi monoklonaldan hibridisasi DNA juga telah digunakan untuk identifikasi.

I.    Pengobatan dan Pencegahan
Pseudomonas aeruginosa meningkat secara klinik karena resisten terhadap berbagai antimikroba dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan tingkat Multi Drug Resistance (MDR) yang tinggi. Definisi dari MDR-PA (Multi Drug Resistance- Pseudomonas aeruginosa) adalah resisten paling tidak terhadap 3-antimikroba yaitu kelas β-laktam, carbapenem, aminoglikosida, dan fluoroquinon. Pseudomonas aeruginosa tidak boleh diobati dengan terapi obat tunggal karena tingkat keberhasilan rendah dan bakteri dengan cepat jadi resisten. Pola kepekaan bakteri ini bervariasi secara geografik. Maka, diperlukan tes kepekaan sebagai pedoman untuk pemilihan terapi antimikroba. Penisillin bekerja aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa antara lain: tikarsilin, mezlosilin, dan pipeasilin digunakan dengan dikombinasikan bersama aminoglikosida biasanya gentamisin, tobramisin/ amikasin. Obat lain yang aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa antara lain aztreonam; imipinem; kuinolon baru, termasuk siprofloksasin.
Sefalosporin generasi baru, seftazidim dan sefoperakson aktif melawan Pseudomonas aeruginosa. Seftazidim digunakan secara primer pada terapi infeksi Pseudomonas aeruginosa.
Pseudomonas aeruginosa sering kali merupakan flora normal yang melekat pada tubuh kita dan tidak akan menimbulkan penyakit selama pertahanan tubuh normal. Karena itu, upaya pencegahan yang paling baik adalah dengan menjaga daya tahan tubuh agar tetap tinggi. Upaya pencegahan penularan penyakit pada pasien yang dirawat di rumah sakit dilakukan dengan cara kerja steril atau aseptis yang dilakukan oleh setiap personil rumah sakit (medis dan paramedis) dengan penuh rasa tanggung jawab.


0 Response to "HASIL LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI"

Post a Comment