Urinalisis
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien
untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan
evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti
diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap
status kesehatan umum.
Spesimen
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang
berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan
uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein,
sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan
jaringan sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang
beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu
membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus
memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang
diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar.
Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine
sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah
yang paling bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan
yang lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.
Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin.
Hindari sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan
gunakan urin yang mengandung antiseptik.
Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air
kecil. Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena
dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4
jam setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain
: unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam,
urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan
pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami
oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan
badan keton, jika ada, akan menguap.
Pemeriksaan Makroskopik
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik :
warna dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai
sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin.
Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak
berwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya
terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau
fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular
berlebihan atau protein dalam urin.
Volume urine normal adalah 750-2.000 ml/24hr. Pengukuran
volume ini pada pengambilan acak (random) tidak relevan. Karena itu pengukuran
volume harus dilakukan secara berjangka selama 24 jam untuk memperoleh hasil
yang akurat.
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat
mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin
(hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh.
Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat
mungkin mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria).
Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
Merah : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin,
porfobilinogen, porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat
warna, bit, rhubab (kelembak), senna.
Oranye : Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab
nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk
fenotiazin.
Kuning : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat,
bilirubin, urobilin. Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara,
nitrofurantoin.
Hijau : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama
Pseudomonas). Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif,
diuretik.
Biru : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat :
diuretik, nitrofuran.
Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin,
pigmen empedu. Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
Hitam atau hitam kecoklatan : Penyebab patologik : melanin,
asam homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat :
levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.
Analisis dipstick
Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang
ditempeli kertas seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis
parameter yang akan diperiksa. Urine Dip merupakan analisis kimia cepat untuk
mendiagnosa berbagai penyakit.
Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah :
glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton,
nitrit, dan leukosit esterase.
Prosedur Test
![]() |
Prosedur Test |
Ambil hanya sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan
segera tutup wadah. Celupkan strip reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua
detik. Hilangkan kelebihan urine dengan menyentuhkan strip di tepi wadah
spesimen atau dengan meletakkan strip di atas secarik kertas tisu. Perubahan
warna diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan skala warna rujukan,
yang biasanya ditempel pada botol/wadah reagen strip. Perhatikan waktu reaksi
untuk setiap item. Hasil pembacaan mungkin tidak akurat jika membaca terlalu
cepat atau terlalu lambat, atau jika pencahayaan kurang. Pembacaan dipstick
dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam
pembacaan secara visual.
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati.
Oleh karena itu harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti
yang tertera dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip,
botol/wadah harus segera ditutup kembali dengan rapat, agar terlindung dari
kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan
untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan warna.
Glukosa
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh
glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan
gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya
reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus.
Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa
dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk
menunjang diagnosis diabetes mellitus.
Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim
glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di
glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine
biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen.
Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat
karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak
seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan
muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan
jumlah protein tinggi.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin.
Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit
ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus,
dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul
rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit
tubulointerstitiel.
Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna
Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap
globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
Bilirubin
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin
direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah
difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam
darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis
infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF
disertai ikterik.
Urobilinogen
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin
terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah
bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang di
faeses; sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini
urobilinogen diproses ulang menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1%
diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila
fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran
gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi.
Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik
hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar
(toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit
jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa,
anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif,
kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya
sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau
minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat
dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
Keasaman (pH)
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh
tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final
urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5
– 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan;
bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang
makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam.
Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt
mempengaruhi pH urine.
Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan
terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil
negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik
sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine
yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang
selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.
Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi
pH urine :
pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik,
infeksi saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2
dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.
pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada
anak), asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis
respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi
NH4+), terapi pengasaman.
Berat Jenis (Specific Gravity, SG)
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin
yang mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta
dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin.
Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak
harus dianggap wajar jika fungsi ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi
adalah 1,015 – 1,025, sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilai
normal > 1,022, dan selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Defek fungsi dini
yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan
urine.
BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi
reabsorbsi tubulus. Nokturia dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ
kurang dari 1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru
ini menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi
radiografi, atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004
untuk setiap 1% glukosa untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-glukosa.
Darah (Blood)
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif
baik untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik
celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta
aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan adanya
aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan metode
mikroskopik sedimen urine.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam
urine yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam
urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan lama
dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam
pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga
sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat
molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam
urine.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Hasil positif palsu dapat terjadi bila urine tercemar
deterjen yang mengandung hipoklorid atau peroksida, bila terdapat bakteriuria
yang mengandung peroksidase.
Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urine mengandung
vitamin C dosis tinggi, pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein
konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.
Urine dari wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan
hasil positif.
Keton
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam
β-hidroksibutirat) diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak
dapat digunakan. Asam aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan
bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama untuk otot jantung
dan korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah
mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal
untuk mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda
keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat
(kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah karbohidrat),
gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan metabolisme
karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari
lemak atau protein, febris.
Nitrit
Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil
metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang
signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella,
Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit.
Hal ini terjadi bila urine telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam.
Hasil negative bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua
jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urine memang tidak mengandung
nitrat, atau urine berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu,
pada keadaan tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit,
namun kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen.
Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi
dan diperiksa dalam keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan
mengakibatkan perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat
menghasilkan nitrit.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in vitro
apabila pemeriksaan tertunda, urine merah oleh sebab apapun, pengaruh obat
(fenazopiridin).
Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian
menghasilkan nitrat dalam jumlah cukup banyak, terapi antibiotik mengubah
metabolisme bakteri, organism penginfeksi mungkin tidak mereduksi nitrat, kadar
asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6 jam, atau
berat jenis urine tinggi.
Lekosit esterase
Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi
secara kimiawi. Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran
sel-sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis.
Limfosit tidak memiliki memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan
memberikan hasil positif. Hal ini memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai
dengan hasil pemeriksaan carik celup.
Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar
glukosa urine tinggi (>500mg/dl), protein urine tinggi (>300mg/dl), berat
jenis urine tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urine mengandung cephaloxin,
cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet
formaldehid. Urine basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
0 Response to "Urinalisis"
Post a Comment