BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kelarutan suatu endapan,menurut
defenisi adalah sama dengan konsenterasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan
tergantung pada berbagai kondisi,seperti suhu,tekanan,konsentrasi bahan-bahan
lain dalam larutan itu,dan pada komposisi.
Argentometri adalah titrasi
pengendapan yang menggunakan larutan standar AgNO3 sebagai
larutan bakunya.Biasa ada tiga metode Mohr,metode Volhard dan metode Vajans.Ada
dua syarat untuk titrasi ini yaitu :
1. Konsentrasi
mula-mula larutan yang hendak dititrasi cukup besar
2. Hasil kali
kelarutan (KSP) harus sekecil mungkin,karena semakin kecil KSP maka semakin
tajam perubahan.(Raymond’s, 2001)
Metode argentometri yang lebih luas
lagi digunakan adalah metode titrasi kembali. Perak nitrat berlebihan
ditambahkan ke sampel yang mengandung ion klorida atau bromide. Sisa AgNO3 selanjutnya
dititrasi kembali dengan ammonium tiosianidat menggunakan indicator besi (III)
ammonium sulfat. (prof.Dr.Ibnu Gholib Gandjar,DEA.,Apt, 2009)
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang
melibatkan pembentukan endapan darigaram yang tidak mudah larut antara titran
dan analit. Hal dasar yang diperlukan darititrasi jenis ini
adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap
kalititran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang mengganggu
titrasi, dantitik akhir titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang
sudah lama dikenal adalah melibatkanreaksi pengendapan antara ion halida ( Cl-, I, Br-)
dengan ion perak Ag+.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENJELASAN
ARGENTOMETRI
Istilah
Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Argentometri
merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan menggunakan ion
perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida
(Cl-, Br-, I-).
Argentometri
adalah suatu proses titrasi yang menggunakan garam argentum nitrat (AgNO3)
sebagai larutan standard. Argentometri termasuk salah satu cara analisis
kuantitatif dengan sistem pengendapan. Dalam titrasi argentometri, larutan
AgNO3 digunakan untuk menetapkan garam-garam halogen dan sianida karena kedua
jenis garam ini dengan ion Ag+ dari garam standard AgNO3 dapat membentuk suatu
endapan atau suatu senyawa kompleks sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini
:
NaX + Ag+ Û AgX + Na+ (
X = halida ) KCN + Ag+ Û AgCN + K+
KCN + AgCN Û K{Ag(CN)2}.
Cara
analisis ini biasanya dipergunakan untuk menentukan ion-ion halogen, ion perak,
ion tiosianat serta ion-ion lainnya yang dapat diendapkan oleh larutan standard
nya.
Titrasi pengendapan adalah titrasi
dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut.
Argentometri menggunakan reaksi titrasi yaitu suatu larutan di tambahkan dengan
menggunakan buret sedikit demi sedikit samapai jumlah zat-zat yang direaksikan
menjadi ekivalen satu sama lain. Larutan yang di tambahkan menggunakan buret
disebut titran sedangkan larutan yang ditambahkan titran disebut titrat.
Gambar proses titrasi :
Prinsip dasar titrasi pengendapan adalah reaksi pengendapan
yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada
pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator untuk melihat titik akhir
titrasi.
B. INDIKATOR TITRASI
PENGENDAPAN
Indikator adalah senyawa
organik (umumnya) atau anorganik yang digunakan dalam titrasi untuk menentukan
dan menunjukkan titik akhir suatu titrasi. Dalam pemakaiannya, indikator ada
memberikan warna pada larutan misalnya pada Kompleksometri atau juga berupa suatu
endapan ini pada titrasi Argentometri.
1.
Indikator kalium kromat K2CrO4
Titrasi argentometri dengan menggunakan indicator ini biasa
disebut sebagai argentoetri dengan metode Mohr. Ini merupakan titrasi
langsung titrant dengan menggunakan larutan standar AgNO3. Titik akhir titrasi
diamati dengan terbentuknya endapan Ag2CrO4 yang brwarna kecoklatan.
2.
Indikator Fe3+
Titrasi argentometri dengan indicator ini disebut sebagai
titrasi argentometri dengan metode volhard. Titrasi ini merupakan
titrasi tidak langsung dimana larutan standar AgNO3 ditambahkan secara berlebih
dan kelebihan ini dititrasi dengan larutan standart SCN-.
Titrasi argentometri dengan indicator adsorbsi disebut
sebagai titrasi argentometri dengan menggunakan metodeFajans. Indikator yang dipakai
adalah indicator adsorbsi Dimana indicator ini akan berubah warnanya jika teradsorbsi pada
permukaan endapan.
Selain menggunakan teknik diatas maka titrasi argentometri
juga dapat dilakukan dengan menggunakan indicator yang berupa indicator
electrode. Plot antara Esel dengan jumlah titran akan dapat diperoleh kurva titrasi dengan grafik ini maka kita nantinya dapat menentukan titik akhir
titrasi.
Berikut adalah
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan indikator:
Ikatan antara indikator dengan ion logam haruslah
lebih lemah dari ikatan antara ion logam dengan EDTA misalnya
(antara ion dalam larutan titran dan ion dalam larutan titrat).
1)
Indikator harus sensitif, misalnya
dengan adanya kelebihan sedikit dari ion larutan titran maka dapat segera
bereaksi.
2)
Indikator harus memberikan warna
spesifik yang perubahan warna nantinya juga harus tampak tajam dan jelas,
sehingga TA dapat diamati dengan baik.
3)
Reaksi substitusi juga harus
berjalan dengan cepat agar TA dapat mendekati nilai TE.
C.
KARAKTERISTIK LARUTAN STANDAR
Larutan standar adalah larutan yang mengandung regensia
dengan bobot diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan. Suatu
zat standar harus memenuhi syarat-syarat
seperti:
a) Zat harus mudah di peroleh, mudah di murnikan, mudah di
keringkan (sebaiknya pada suhu 100oC – 120oC).
b) Zat harus mempunyai ekivalentinggi, sehingga sesatan
penimbangan dapat di abaikan.
c) Zat harus mudah larutan pada kondisi-kondisi dalam mana ia
dignakan.
d) Zat harusdi uji terhadap zat-zat pengotore dengan uji-uji
kualitatif atau uji-uji lainya yang kepekaanya di ketahui (jumlah total zat-zat
pengotor,umumnya tak boleh melebihi (0,01-0,02%)
e) Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometri dan
praktis sekejap atau sesatan titrasi dapat di abaikan atau mudah di tetapkan
dengan cermat dengan eksperimen.
f) Zat harus tidak berubah dalam udara selama
penimbangan,kondisi-kodisi ini mengisyaratkan bahwa zat tidak boleh
higroskopik,tidak pula teroksidasi oleh udara atau di pengaruhi oleh
korbondioksida. Standar ini harus di jaga agar komposisinya tidak berubah
selama penyimpanan.
Konsentrasi
larutan baku yang digunakan dapat berupa molaritas(jumlah mol zat terlarut
dalam satu liter larutan) dan normalitas(jumlah ekivalen zat terlarut dalam
satu liter larutan). Satuan molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan secara
internasional, sedangkan satuan normalitas biasa juga dilakukan dalam analisis
karena dapat memudahkan perhitungan
Larutan baku sekunder yang digunakan adalah perak nitrat.
Perak nitrat di jadikan sebagai larutan sekunder dikarenakan beberapa sifatnya yang
tidak memenuhi sebagai larutan baku primer,antara lain :
g) Kurang stabil
h) Mudah terurai oleh cahaya
D.
PROSES TERBENTUKNYA PENGENDAPAN
Pengendapan atau (prepitasi) adalah reaksi pembentukan
padatan dalam suatularutan atau padatan lain selama reaksi kimia. Pengendapan
juga dapat terjadi karena adanya difusi dalam padatan. Ketika reaksi terjadi
dalam larutan cair, padatan yang terbentuk disebut endapan.
Tanpa energi gravitasi yang cukup untuk membawah
partikel-partikel padat kebawah, maka endapan akan tetap sebagai suspensi.
Setelah terjadi sedimentasi,endapan dapat disebut sebagai pelet. Cairan yang
suda tidak mempunyai endapan suprnatan.
Untuk lebih jelas perhatikan gambar di bawah ini :
Pengendapan dapat terjadi jika senyawa melebihi kelarutan.
Padatan dapat terjadi cepat dari larutan jenuh. Pengendapan erat kaitanya
dengan hasil kelarutan (KSP). Dalam padatan, padatan terjadi jika konsentrasi
salah satu padatan berada diatas batas kelarutan. Pengendapan padatan sering di
gunakan mensintesis nanokluster.
Pembentukan padatan meliputi pembentukan antar permukaan yang
memerlukan energi didasarkan energi permukaan relatif padatan atau larutan.
Jika tidak maka akan terjadi kejenuhan.
1) REAKSI KIMIA PENGENDAPAN
Contoh reaksi kimia pengendapan adalah ketika ketika larutan
nitrat (AgNO3) di tambahkan kedalam larutan yang mengandung kalium
klorida (Kcl). Maka akan membentuk endapan putih perak klorida (Agcl).
Reaksi dapat di tulis dengan menekankan disosiasi ion. Hal
ini di kenal sebagai persamaan ion.aksi endapan dikenal sebagai ion bersih
Suatu cara untuk menjelaskan reaksi ion ion bersih. Dalam hal
ini setiap ion pendukung (tidak berperan terhadap reaksi) akan di hilangkan.
Persamaan di atas di sedrhanakan menjadi seperti di bawah ini :
2). WARNA ENDAPAN
Banyak senyawa yang mengandung ion logam menghasilkan endapan
dengan warna yang khas. Berikut ini adalah warna khas dari berbagai logam.
Namun demikin dari senyawa ini dapat
menghasilkan warna yang berbeda-beda.
NO.
|
SENYAWA
|
WARNA
|
|
1
|
Emas
|
Orange
|
|
2
|
Kron
|
Hijau tua,Hijau keruh,Orange,Ungu,Kuning,Coklat
|
|
3
|
Koblat
|
Merah muda
|
|
4
|
Tembaga
|
Biru
|
|
5
|
Besi (II)
|
Hijau
|
|
6
|
Besi (III)
|
Coklat kemerahan
|
|
7
|
Mangan
|
merah muda pucat
|
|
8
|
Nikel
|
Hijau
|
E. KURFA TITRASI ARGENTOMETRI
1.
Kurva titrasi
Kurva titrasi
argentometri dibuat
dengan mengeplotkan antara perubahan konsentrasi analit pada sumbu ordinat dan
volume titran pada sumbu aksis. Pada umumnya konsentrasi analit dinyatakan
dalam fungsi (p) yaitu pX = -log[X] sedangkan volume titran dalam satuan
milliliter. Kurva titrasi dapat dibagi menjadi 3 bagian wilayah yaitu sebelum titik ekuivalen,
pada saat titik ekuivalen dan setelah titik ekuivalen. Untuk menggambar kurva
titrasi argentometri
maka perhatikan contoh berikut ini:
50 mL larutan NaCl 0,1 M
dititrasi dengan 0,1 M larutan perak nitrat AgNO3, maka hitunglah konsentrasi
Cl- pada saat awal dan pada saat penambahan perak nitrat sebanyak 10 mL, 49,9
mL, 50 mL, dan 60 mL dan diketahui KsP AgCl 1,56.10-10
a) Pada saat awal titrasi belum
terdapat AgNO3 yang ditambahkan sehingga konsentrasi ion klorida adalah sebagai
berikut:
[Cl-] = 0,1 M
pCl = -log [Cl-]
= -log 0,1
= 1
Reaksi yang terjadi adalah:
Ag+(aq) + Cl-(aq) -> AgCl(s)
dari reaksi diatas diketahui bahwa perbandingan mol antara
Ag+ dan Cl- adalah 1:1 sehingga perbandingan ini dapat dipakai untuk menentukan
perubahan konsentrasi ion klorida.
Saat penambahan 10 mL AgNO3 0,1 M
[Cl-]
= (50×0,1)-(10×0,1) / (50+10)
= 0,067 M
pCl
= -log [Cl-]
= -log 0,067
= 1,17
Saat penambahan 49,9 mL AgNO3 0,1 M
[Cl-]
= (50×0,1)-(49,9×0,1)/(50+49,9)
= 1.10-4
pCl
= -log [Cl-]
= -log 1.10-4
= 4
Saat penambahan 50 mL AgNO3 0,1 M
2. pada saat penabahan sejumlah
ini maka titrasi akan berada pada titik ekuivalen dimana AgNO3 dan NaCl habis
bereaksi membentuk AgCl. Pada saat ini maka tidak ada ion Ag+ maupun ion Cl-
dalam larutan sehingga konsentrasi Cl ditentukan dengan menggunakan nilai Ksp.
AgCl(s) <-> Ag+(aq) + Cl-(aq)
s
s
s
Ksp=[Ag+][Cl-]
Ksp = sxs
Ksp = s2
s = Ksp1/2
s = (1,56.10-10)1/2
s = 1,25.10-5
pCl
= -log[Cl-]
= -log 1,25.10-5
= 4,9
Saat penambahan 60 mL AgNO3 0,1 M
b) pada saat ini maka terdapat
kelebihan Ag+ sebanyak 10 mL sehingga sekarang kita menghitung jumlah
konsentrasi Ag+ yang berlebih
[Ag+]
= 10x 0,1/(50+60)
= 9,1.10-3
pAg
= -log[Ag+]
= -log 9,1.10-3
= 2,04
karena pCl + pAg adalah 10 (dari harga Ksp) maka pCl = 10-2,04 = 7,96
Pengaruh kurva nilai Ksp terhadap kurva titrasi menunjukkan
kurva titrasi 25 mL larutan MX (dengan X adalah Cl-, I-, dan Br-) dengan 0,05 M
AgNO3. semakin kecil harga Ksp untuk AgI maka kurvanya akan semakin curam
sedangkan semakin besar harga Ksp untuk AgCl maka kurvanya semakin landai.
Satu hal lagi manfaat dari kurva
titrasi adalah selain dapat dipakai untuk mencari titik ekuivalen maka kurva
titrasi juga dapat dipakai untuk mencari konsentrasi kation dan anion disetiap
titik dimana titrasi berlangsun
E. PENERAPAN TITRASI
ARGENTOMETRI
A. Membuat
standarisasi larutan NaCl dengan menggunakan larutan AgNO3 melalui
metode Mohr
1) Mengisi
buret dengan larutan AgNO3 sampai penuh.
2) Mengukur 10
mL larutan NaCl dan memasukkannya ke dalam labu erlenmeyer.
3) Menambahkan
indikator larutan K2CrO4 sebanyak 5 tetes ke dalam labu erlenmeyer yang berisi
larutan NaCl tadi, kemudian mengocoknya agar dapat bercampur.
4) Kemudian
barulah menitrasi larutan dalam labu erlenmeyer tersebut dengan menggunakan
larutan AgNO3 setetes demi setetes melalui buret sampai terjadi perubahan
warna larutan dari kuning menjadi berwarna merah.
5) Mencatat
volume AgNO3 yang diperlukan dari buret.
B. Membuat
standarisasi menggunakan larutan AgNO3 KSCN melalui metode
Volhard
1) Mengisi
buret dengan larutan KSCN sampai penuh.
2) Mengukur 10
mL larutan AgNO3 dan memasukkannya ke dalam labu erlenmeyer.
3) Menambahkan
indikator larutan Fe Allum 40% sebanyak 1 mL ke dalam labu erlenmeyer yang
berisi larutan AgNO3 tadi, kemudian mengocoknya agar dapat bercampur.
Dan tambahkan larutan HNO3 6 N sebanyak 5 ml.
4) Kemudian
barulah menitrasi larutan dalam labu erlenmeyer tersebut dengan menggunakan
larutan KSCN setetes demi setetes melalui buret sampai terjadi perubahan warna
larutan menjadi berwarna merah bata dan terdapat endapan.
5) Mencatat
volume KSCN yang diperlukan dari buret.
DATA PERCOBAAN
1. Argentometri
Mohr
Kelompok
|
Volume (mL)
|
Normalitas (N)
|
1
|
10
|
0,1
|
2
|
10,3
|
0,097
|
3
|
10
|
0,1
|
4
|
10,3
|
0,097
|
5
|
10,2
|
0,098
|
6
|
10
|
0,1
|
7
|
10,2
|
0,098
|
8
|
11
|
0,091
|
2.
Argentometri Volhard
Kelompok
|
Volume (mL)
|
Normalitas (N)
|
1
|
10
|
0,09
|
2
|
10
|
0,09
|
3
|
10,1
|
0,09
|
4
|
10,3
|
0,094
|
5
|
10,3
|
0,095
|
6
|
10,2
|
0,098
|
7
|
10,5
|
0,093
|
8
|
11,6
|
0,007
|
|
|
|
ANALISIS DATA
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan,
maka diperoleh bahwa :
1. Standarisasi
larutan NaCl dengan menggunakan larutan standard AgNO3. Sebelum
larutan NaCl sebanyak 10 mL yang sudah ditambahkan dengan 5 tetes larutan
indikatorK2CrO4 dititrasi dengan larutan AgNO3, mula-mulanya larutan NaCl
berwarna kuning. Namun setelah dititrasi dengan larutan AgNO3, larutan NaCl
akan berubah warnanya dan menghasilkan larutan yang berwarna merah bata.
Diketahui :
Volume titrasi
= 10,3
mL
N NaCl (N1 ) = 0,1N Volume NaCl (
V1 ) = 10 mL
Jadi,
yang perlu dicari adalah normalitas dari AgNO3. Persamaan yang digunakan adalah
:
ek analit = ek
titran
ek NaCl
= ek
AgNO3
N1 . V1 = N2 . V2
Oleh sebab
itu,berikut ini adalah perhitungan normalitas AgNO3 dari standarisasi
denganNaCl.
Volume titrasi 10,3 mL
ek NaCl = ek
AgNO3
N1 . V1 = N2 . V2
1. Standarisasi
larutan AgNO3 dengan menggunakan larutan standard KSCN.
Sebelum larutan AgNO3 sebanyak 10 mL yang sudah ditambahkan dengan
larutan indikator Fe Allum 40% 1 mL dan larutan HNO3 6N 5 mL dititrasi
dengan larutan KSCN, mula-mulanya larutan AgNO3 berwarna kuning bening.
Namun setelah dititrasi dengan larutan KSCN, larutan AgNO3 akan berubah
warnanya dan menghasilkan larutan yang berwarna merah bata.
Diketahui : Volume titrasi (V2) = 10
mL
AgNO3(N1)
= 0,09N
Volume AgNO3(V1) = 10ml
Jadi,
yang perlu dicari adalah normalitas dari AgNO3. Persamaan yang digunakan adalah
:
ek analit = ek
titran
ek
AgNO3 = ek
KSCN
N1 . V1 = N2 . V2
Oleh sebab itu,berikut ini adalah perhitungan normalitas KSCN dari
standarisasi dengan AgNO3.
Volume titrasi 10 mL
ek
AgNO3 = ek
KSCN
N1 . V1 = N2 . V2
|
KESIMPULAN
Berdasarkan
dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1) Standarisasi
larutan NaCl dengan menggunakan larutan standard AgNO3. Sebelum
larutan NaCl sebanyak 10 mL yang sudah ditambahkan dengan 5 tetes larutan
indikator K2CrO4 dititrasi dengan larutan AgNO3, mula-mulanya larutan
NaCl berwarna kuning. Namun setelah dititrasi dengan larutan AgNO3, larutan
NaCl akan berubah warnanya dan menghasilkan larutan yang berwarna merah bata
pada penambahan volume larutan AgNO3
2) Standarisasi
larutan AgNO3 dengan menggunakan larutan standard KSCN.
Sebelum larutan AgNO3 sebanyak
10 mL yang sudah ditambahkan dengan 1 ml larutan indikator Fe Allum 40 %
dititrasi dengan larutan KSCN, mula-mulanya campuran larutan AgNO3, Fe Allum
40% dan HNO3berwarna putih susu. Namun setelah dititrasi dengan larutan KSCN,
larutan AgNO3 akan berubah warnanya dan menghasilkan larutan yang berwarna
merah bata pada penambahan volume larutan KSCN.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1.
Titrasi pengendapan
merupakan analisis titrimetri berdasarkan terbentuknya endapan antara reagen
dengan analit dan reagen dengan indikator dengan warna berbeda.
2. Argentometri
adalah suatu proses titrasi yang menggunakan garam argentum nitrat (AgNO3) sebagai
larutan standard. Dalam titrasi argentometri, larutan AgNO3 digunakan untuk
menetapkan garam-garam halogen dan sianida karena kedua jenis garam ini dengan
ion Ag+ dari garam standard AgNO3 dapat memebentuk suatu endapan atau suatu senyawa
kompleks.
3.
Pemahaman metode Mohr,
Fajans, Volkhard, Leibing, Deniges, Koltohff. a. Metode Mohr Metode Mohr
biasanya digunakan pada penentuan halogen, namun lebih umum digunakan untuk
menentukan Cl- .
DAFTAR PUSTAKA
Day & Underwood. 2001. Analisis
Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Sri%20Ratisah%20054828/materi.HTM
Harjadi,
W. 1993. Ilmu Kimia Analitik
Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Laporan
Titrasi Argentometri Rating: 5.0 Reviewer: Iim
Nurhidayat ItemReviewed: Laporan
0 Response to "Argentometri"
Post a Comment