BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN
Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak
langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II,Kalium
Permanganat dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk
iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukn dengan menggunakan larutan baku
tiosulfat .Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang
dapat bereaksi dengan I- (iodide) untuk menghasilkan I2,
I2 yang terbentuk secara kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan
tiosulfat. Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri adalah dapat
dikategorikan sebagai titrasi kembali.
1.2
LATAR
BELAKANG
Istilah oksidasi mengacu pada setiap
perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan
untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai
hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah
senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan
oksidasi.Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan
bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling
menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu
senyawa, tidak kepada atomnya saja (Khopkar, 2003).
Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan
reduktor.Namin demikian, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor
yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion
titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II). Cara titrasi redoks yang
menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri, sedangkan yang
menggunakan larutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri (Rivai, 1995).
BAB II
MATERI
Dalam
proses analitis, iod digunakan sebagai zat pengoksid (iodimetri), dan ion
iodida digunakan sebagai zat pereduksi (iodometri). Relatif beberapa zat
merupakan pereaksi reduksiyang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung
dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi
banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksisempurna dengan ion iodida,
dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ioniodida
ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan dengan larutan natrium
tiosulfat.Iodometri adalah suatu proses analitis tak langsung yang melibatkan
iod. Ion iodida berlebih ditambahkan pada suatu zat pengoksid sehingga
membebaskan iod, yang kemudian dititrasidengan natrium tiosulfat. (R. A. Day,
Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif , Edisi V. Hal. 294)
Iodometri
Terdapat
dua cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri (digunakan
larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi
secara kuantitatif pada titik ekivalennya). Namun, metode iodimetri ini jarang
dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Sedangkan
cara tidak langsung disebut iodometri (oksidator yang dianalisis kemudian direakWsikan
dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium
dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium thiosilfat
standar atau asam arsenit).(Bassett,1994).
Dengan
kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes titran. perubahan warna
yang terjadi pada larutan akan semakin jelas dengan penambahan indikator
amilum/kanji.
2.1 METODE ANALISA
Metode titrasi iodometri langsung
(iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode
titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari
iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia
Iodium
merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida merupakan suatu pereaksi
reduksi yang cukup kuat. Dalam proses analitik iodium digunakan sebagai
pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi
(iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat
untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik
adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi
sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu
kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan,
dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium
thiosulfat.
Kegunaan
iodine dalam alcohol yang di sebut tingtur yodium,merupakan obat antiseptic
bagi luka-luka agar tidak terkena infeksi. Dalam industry tapioca,maizena dan
terigu,larutan I2 dalam air dipakai untuk mengindentifikasi amilum, sebab I2
dengan amilum akan memberikan warna biru.
Senyawa-
senyawa iodine yang penting yaitu :
a. Kalium
Iodat (KIO3) yang ditambahkan pada garam dapur agar tubuh kita
memeperoleh iodine
b. Iodoform
(CHI3) suatu zat organic yang penting
c. Perak
Iodida (AgI) yang juga di gunakan dalam film fotografi.
(Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, edisi 4, Erlangga, 1994)
(Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, edisi 4, Erlangga, 1994)
Larutan
standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium
thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O
. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi
harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak
stabil untuk waktu yang lama
(Day & Underwood, 1981)
(Day & Underwood, 1981)
Penggunaan
air yang masih mengandung CO2 sebagai pelarut akan menyebabkan
peruraian S2O32- membentuk belerang bebas.
Belerang ini menyebabkan kekeruhan. Terjadinya peruraian itu juga dipicu
bakteri Thiobacillus thioparus. Bakteri yang memakan belerang akhirnya masuk
kelarutan itu, dan proses metaboliknya akan mengakibatkan belerang koloidal.
Belerang ini akan menyebabkan kekeruhan, bila timbul kekeruhan larutan harus
dibuang.
Pembuatan
natrium thiosulfat dapat ditempuh dengan cara :
1. Melarutkan
garam kristalnya pada aquades yang mendidih
2. Menambahkan
3 tetes kloroform (CHCl3) atau 10 mg merkuri klorida (HgCl2)
dalam 1 lter larutan
3. Larutan
yang terjadi disimpan pada tempat yang tidak terkena cahaya matahari.
Biasanya air yang digunakan untuk menyiapkan larutan tiosulfat dididihkan agar steril, dan sering ditambahkan boraks atau natrium karbonat sebagai pengawet.
Biasanya air yang digunakan untuk menyiapkan larutan tiosulfat dididihkan agar steril, dan sering ditambahkan boraks atau natrium karbonat sebagai pengawet.
Oksidasi
tiosulfat oleh udara berlangsung lambat. Tetapi runutan tembaga yang
kadang-kadang terdapat dalam air suling akan mengkatalis oksidasi oleh udara
ini.
Tiosulfat diuraikan dalam larutan asam dengan membentuk belerang sebagai endapan mirip susu.
Tiosulfat diuraikan dalam larutan asam dengan membentuk belerang sebagai endapan mirip susu.
S2O32-
+2H+ → H2S2O3 → H2SO3
+ S
Tetapi
reaksi itu lambat dan tak terjadi bila tiosulfat dititrasikan kedalam larutan
iod yang asam, asal larutan diaduk dengan baik. Reaksi antara iod dan tiosulfat
jauh lebih cepat dari pada reaksi penguraian.
Iodin
mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat:
I2
+ 2S2O32- → 2I- + S4O62-
Reaksinya
berjalan cepat, sampai selesai, dan tidak ada reaksi sampingan. Berat ekivalen
dari Na2S2O3. 5H2O adalah berat
molekulnya, 248,17. Tiosulfat teroksidasi secara parsial menjadi sulfat:
4I2
+ S2O32- + 5H2O → 8I- +
2SO42- + 10H+
Dalam
larutan yang netral, atau sedikit alkalin, oksidasi menjadi sulfat tidak
muncul, terutama jika iodin dipergunakan sebagai titran.
Ada
dua metode titrasi iodometri, yaitu :
1. Secara
langsung (iodimetri) Menurut cara ini suatu zat reduksi dititrasi secara
langsung oleh iodium
misal
pada titrasi Na2S2O3 oleh I2.
2Na2S2O3 + I2 → 2NaI + Na2S4O6
Indiator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji. Apabila larutan thiosulfat ditambahkan pada larutan iodine, hasil akhirnya berupa perubahan penampakan dari tak berwarna menjadi berwarna biru. Tetapi apabila larutan iodine ditambahkan kedalam larutan thiosulfat maka hasil akhirnya berupa perubahan penampakan dari berwarna menjadi berwarna biru.
2Na2S2O3 + I2 → 2NaI + Na2S4O6
Indiator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji. Apabila larutan thiosulfat ditambahkan pada larutan iodine, hasil akhirnya berupa perubahan penampakan dari tak berwarna menjadi berwarna biru. Tetapi apabila larutan iodine ditambahkan kedalam larutan thiosulfat maka hasil akhirnya berupa perubahan penampakan dari berwarna menjadi berwarna biru.
2. Secara
tak langsung (iodometri) Disebut juga sebagai iodometri.Dalam
hal ini ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium-iodium yang
terbentuk dititrasi, dengan larutan standar Na2S2O3. Jadi cara iodometri
digunakan untuk menentukan zat pengoksidasi, misal pada penentuan suatu zat
oksidator ini (H2O2). Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam hingga
akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3.
H2O2
+ 2HCl → I2 + 2KCl + 2H2O.C
dan
sangat larut dalam pelarutan yang mengandung ion iodide.
Iodium
sedikit larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25
Berdasarkan reaksi :
Berdasarkan reaksi :
I2 + I- → I3-
dengan
tetapan kesetimbangan pada 25 ºC. Larutan baku ion dapat langsung dibuat dari
unsur murninya. Cara titrasi oksidasi reduksi yang dikenal ada dua :
1. Oksidimetri
Yaitu titrasi redoks dengan menggunakan larutan baku yang bersifat oksidator.
Misal: Sulfur dioksida dan hydrogen sulfide, timah (II) klorida , logam dan amalgam.
Yaitu titrasi redoks dengan menggunakan larutan baku yang bersifat oksidator.
Misal: Sulfur dioksida dan hydrogen sulfide, timah (II) klorida , logam dan amalgam.
2. Reduksimetri
Yaitu titrasi redoks dengan menggunakan larutan baku yang bersifat reduktor.
Misal : Natrium dan Hidrogen Peroksida, Kalium dan amonium peroksidisulfat,natrium Bismutat (NaBiO3).
Yaitu titrasi redoks dengan menggunakan larutan baku yang bersifat reduktor.
Misal : Natrium dan Hidrogen Peroksida, Kalium dan amonium peroksidisulfat,natrium Bismutat (NaBiO3).
Ada
dua proses metode titrasi iodometri, yaitu :
1.
Proses-proses
iodometrik langsung. Pada Iodometri langsung sering menggunakan zat pereduksi
yang cukup kuat seperti tiosulfat, Arsen (III), Stibium (III), Antimon (II),
Sulfida, sulfite, Timah (II), Ferasianida.Kekuatan reduksi yang dimiliki oleh beberapa
dari substansi ini tergantung pada konsentrasi ion hidrogen, dan reaksi dengan iodin baru dapat dianalisis secara kuantitatif hanya bila kita melakukan penyesuaian pH yang repot.
Dalam proses iodometri langsung ini reaksi antara iodium dan thiosulfat dapat berlangsung sempurna. Kelebihan ion Iodida yang ditambahkan pada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, kelebihan ini dapat dititrasi dengan Natrium Tiosulfat. Menurut cara ini suatu zat reduksi dititrasi secara langsung oleh iodium, misal pada titrasi Na2S2O3 oleh I2.
dari substansi ini tergantung pada konsentrasi ion hidrogen, dan reaksi dengan iodin baru dapat dianalisis secara kuantitatif hanya bila kita melakukan penyesuaian pH yang repot.
Dalam proses iodometri langsung ini reaksi antara iodium dan thiosulfat dapat berlangsung sempurna. Kelebihan ion Iodida yang ditambahkan pada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, kelebihan ini dapat dititrasi dengan Natrium Tiosulfat. Menurut cara ini suatu zat reduksi dititrasi secara langsung oleh iodium, misal pada titrasi Na2S2O3 oleh I2.
2Na2S
Indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji. Apabila larutan thiosulfat ditambahkan pada larutan iodin, hasil akhirnya berupa perubahan penampakan dari tak berwarna menjadi berwarna biru. Tetapi apabila larutan iodine ditambahkan kedalam larutan thiosulfat maka hasil akhirnya berupa perubahan penampakan menjadi berwarna biru.
2.
Proses-proses Tak Langsung atau Iodometrik. Dalam ion iodida sebagai
pereduksi diubah menjadi iodium-iodium yang terbentuk dititrasi, dengan larutan
standar Na2S2O3.
Jadi cara iodometri digunakan untuk menentukan zat pengoksidasi, misal pada penentuan suatu zat oksidator ini (H2O2). Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam hingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan.
Na2S2O3.
Jadi cara iodometri digunakan untuk menentukan zat pengoksidasi, misal pada penentuan suatu zat oksidator ini (H2O2). Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam hingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan.
Na2S2O3.
H2O2 + 2HCl →
I2 + 2KCl + 2H2O.
Banyak agen pengoksidasi yang kuat dapat dianalisa dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan menitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksidasi membutuhkan suatu larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, natrium tiosulfat biasanya dipergunakan sebagai titrannya, dalam keadaan pH 3-4. Titrasi dengan arsenik (III) (di atas) membutuhkan sebuah larutan yang sedikit alkalin.
(R.A Day, A.L. Underwood. 2002. “ Analisa Kimia Kuantitatif,” Edisi keenam.hal: 298)
Beberapa tindakan pencegahan harus diambil dalam menangani larutan kalium iodida untuk menghindari kesalahan. Misalnya ion iodida dioksidasi oleh oksigen dari udara.
4H+ + 4I- + O2
→ 2I2 + 2H2O
Reaksi ini lambat dalam larutan netral, tetapi lebih cepat dalam larutan berasam dan dipercepat oleh cahaya matahari. Setelah penambahan kalium iodida pada larutan berasam dari suatu pereaksi oksidasi, larutan harus tidak dibiarkan untuk waktu yang lama berhubungan dengan udara, karena iodium tambahan akan terbentuk oleh reaksi yang terdahulu. Nitrit harus tidak ada, karena akan direduksikan oleh ion iodida menjadi nitrogen (II) oksida yang selanjutnya dioksidasi kembali menjadi nitrit oleh oksigen dari udara:
2HNO2 + 2H+ + 2I- → 2NO + I2 + 2H2O
4NO + O2 + 2H2O → 4HNO2
Kalium
iodida harus bebas iodat karena kedua zat ini bereaksi dalam larutan berasam
untuk membebaskan iodium:
IO3- + 5I-
+ 6H+ → 3I2 + 3H2O
2.2 PRINSIP ANALISA METODE YANG DIGUNAKAN
Prinsip dari iodi/iodometri adalah reaksi reduksi
oksidasi. Reaksi-reaksi yang terjadi meliputi perubahan bilangan oksidasi atau
perpindahan elektron-elektron dari zat-zat yang bereaksi. Iodimetri adalah
penyelidikan untuk mengetahui kadar suatu zat dengan menggunakan larutan
standar iodium, sedangkan iodometri adalah titrasi terhadap iodium yang
dibebaskan dari suatu reaksi kimia.
Chlorine akan
membebaskan ion bebas dari larutan KI pada pH 8 atau kurang. Iodium ini akan
dititrasi dengan larutan standar sodium thiosulfate dengan indikator starch
dalam keadaan pH 3-4, sebab pada pH netral reaksi ini tidak stoikiometri dengan
reaksi oksidasi parsial thiosulfate menjadi sulfat.
2.3 PERHITUNGAN KADAR SAMPEL YANG DI ANALISA
·
Pembuatan Larutan Baku KIO3 0,1N
Massa
KIO3 = 0,36 gr
BM
KIO3 = 214,0064 gr/mol
V
pengenceran = 0,1 L
N
KIO3 = ………..?
N
KIO3= 0,1009 N
·
Pembakuan Larutan Baku
Na2S2O3 dengan Larutan Baku KIO3 0,1N
N
KIO3 = 0,1009 N
V
KIO3 = 25 mL
V
Na2S2O3 = 0,4 mL
N
Na2S2O3 = ……..?
N
Na2S2O3 = 6,25N
·
Penentuan Kadar Cu2+
dalam CuSO4.5H2O
V
Na2S2O3 = 0,55 mL
N
Na2S2O3 = 6,25 N
Massa
sampel = 1 gr
%
Cu2+ dalam sampel = ……?
2
S2O32- + I2 S4O62-
+ 2I-
2
mgrek S2O32- = mgrek I2
2
(V x N) S2O32- = mol I2 x e I2
mol
I2 = 2
=
2
= 0,0034375 mol
·
Reaksi :
2 Cu2++ 4 I- 2 CuI- + I2
mol Cu2+
= 2 mol I2
=
2 x 3,4375 x 10-3 mol
=
6,8 x 10-3 mol
massa
Cu2+ = mol Cu2+ x
BA Cu2+
=
6,8 x 10-3 mol x 63,546 mol
=
0,4321 gr
%
Cu dalam sampel = 43,21
2.4 PENERAPAN METODE ANALISA
Garam
KIO3 mampu mengoksidasi iodida menjadi iod secara kuantitatif dalam
larutan asam. Oleh karena itu digunakan
sebagai larutan standar dalam proses titrasi Iodometri ini. Selain itu juga karena sifat Iod itu sendiri
yang mudah teroksidasi oleh oksigen dalam lingkungan sehingga iodida mudah
terlepas.Reaksi ini sangat kuat dan hanya membutuhkan sedikit sekali kelebihan
ion hidrogen untuk melengkapi reaksinya.Namun kekurangan utama dari garam ini
sebagai standar primer adalah bahwa bobot ekivalennya yang rendah.
Larutan
standar ini sangat stabil dan menghasilkan iod bila diolah dengan asam :
IO3-
+ 5I- + 6H+ 3 I2 + 3H2O
Larutan
KIO3 memiliki dua kegunaan penting, pertama, adalah sebagai sumber
dari sejumlah iod yang diketahui dalam titrasi, ia harus ditambahkan kepada
larutan yang mengandung asam kuat, ia tak dapat digunakan dalam medium yang
netral atau memiliki keasaman rendah.
Yang kedua, dalam penetapan kandungan asam dari larutan secara
iodometri, atau dalam standarisasi larutan asam keras. Larutan baku KIO3 0,1 N dibuat
dengan melarutkan beberapa gram massa kristal KIO3 yang berwarna
putih dengan menggunakan aquades dan mengencerkannya.
1.
Pembakuan Larutan Na2S2O3 dengan Larutan Baku
KIO3
Percobaan
ini menggunakan metode titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana mula-mula iodium direaksikan
dengan iodida berlebih, kemudian iodium yang terjadi dititrasi dengan natrium
thiosulfat. Larutan baku yang digunakan
untuk standarisasi thiosulfat sendiri adalah KIO3 dan terjadi
reaksi:
Oksidator
+ KII2
I2 + 2Na2S2O3
2NaI +
Na2S4O6
Natrium
tiosulfat dapat dengan mudah diperoleh dalam keadaan kemurnian yang tinggi,
namun selalu ada saja sedikit ketidakpastian dari kandungan air yang tepat,
karena sifat flouresen atau melapuk-lekang dari garam itu dan karena
alasan-alasan lainnya. Karena itu, zat
ini tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai larutan baku standar
primer. Natrium tiosulfat merupakan
suatu zat pereduksi, dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
2S2O32-
S4O62- +
2e-
Pembakuan
larutan natrium tiosulfat dapat dapat dilakukan dengan menggunakan kalium
iodat, kalium kromat, tembaga dan iod sebagai larutan standar primer, atau
dengan kalium permanganat atau serium (IV) sulfat sebagai larutan standar
sekundernya. Namun pada percobaan ini
senyawa yang digunakan dalam proses pembakuan natrium tiosulfat adalah kalium
iodat standar.
Larutan
thiosulfat sebelum digunakan sebagai larutan standar dalam proses iodometri ini
harus distandarkan terlebih dahulu oleh
kalium iodat yang merupakan standar primer.
Larutan kalium iodat ini ditambahkan dengan asam sulfat pekat, warna
larutan menjadi bening.Dan setelah ditambahkan dengan kalium iodida, larutan
berubah menjadi coklat kehitaman.Fungsi penambahan asam sulfat pekat dalam
larutan tersebut adalah memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri
dari kalium iodat dan klium iodida berada dalam kondisi netral atau memiliki
keasaman rendah. Reaksinya adalah
sebagai berikut :
IO3-+ 5I- + 6H+ → 3I2 + 3H2O
Indikator
yang digunakan dalam proses standarisasi ini adalah indikator amilum 1%. Penambahan amilum yang dilakukan saat
mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod
karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula.
Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2
yang mudah menuap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang
bereaksi dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya
sangat jelas.Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan
yang terjadi pada saat titik akhir titrasi.Sensitivitas warnanya tergantung
pada pelarut yang digunakan.Kompleks iodium-amilum memiliki kelarutan yang
kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi. Jika larutan iodium dalam KI pada suasana
netral dititrasi dengan natrium thiosulfat, maka :
I3-
+ 2S2O32- 3I-
+ S4O62-
S2O32-
+ I3- S2O3I- +
2I-
2S2O3I- +
I- S4O62- + I3-
S2O3I- +
S2O32- S4O62-
+
I-
Dari
hasil perhitungan diketahui besarnya konsentrasi natrium thiosulfat yang
digunakan sebagai larutan baku standar sebesar 6,25 N.
2.
Penentuan Kadar Cu2+ dengan Larutan Baku Na2S2O3
Pada
penentuan kadar Cu dengan larutan baku Na2S2O3
akan terjadi beberapa perubahan warna larutan sebelum titik akhir titrasi. Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar
primer untuk natrium thiosulfat dan direkomendasikan jika thiosulfat harus
digunakan untuk menetapkan tembaga.
Potensial standar pasangan Cu(II) – Cu(I) adalah +0,15 V dan karena itu
iod merupakan pengoksidasi yang lebih baik dari pada ion Cu(II). Tetapi bila ion iodida ditambahkan ke dalam
larutan Cu(II) akan terbentuk endapan Cu(I).
2Cu2++ 4I- 2CuI(s) + I2
Penentuan
kadar Cu2+ dalam larutan dengan bantuan larutan natrium tiosulfat
yang dilakukan mengencerkan 5 mL sampel garam hingga 100 mL dan mengambil 10 mL
hasil pengenceran tersebut untuk ditambahkan dengan larutan KI 10% dan
menitrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat hingga larutan yang semula
berwarna coklat tua menjadi larutan yang berwarna kuning muda. Kemudian larutan tersebut ditambahkan dengan
4 mL larutan amilum 1 % menghasilkan larutan yang semula berwarna kuning muda
menjadi biru tua,
Penambahan
indikator amilum 1% ini dimaksudkan agar memperjelas perubahan warna yang
terjadi pada larutan tersebut. kemudian larutan tersebut dititrasi kembali
dengan larutan natrium tiosulfat hingga warna biru pada larutan tepat
hilang. Untuk lebih memperjelas
terjadinya reaksi tersebut, ke dalam larutan ditambahkan amilum. Bertemunya I2 dengan amilum ini
akan menyebabakan larutan berwarna biru kehitaman. Selanjutnya titrasi
dilanjutkan kembali hingga warna biru hilang dan menjadi putih keruh.
I2 + amilum
I2-amilum
I2-amilum + 2S2O32- 2I- +
amilum + S4O6-
Hal
yang perlu diperhatikan setelah penambahan amilum adalah adanya sifat adsorpsi
pada permukaan endapan tembaga(I) iodida. Sifat ini menyebabkan terjadinya
penyerapan iodium dan apabila iodium ini dihilangkan dengan cara titrasi, maka
titik akhir titrasi akan tercapai terlalu cepat. Oleh karena itu, sebelum titik
akhir titrasi tercapai, yaitu pada saat warna larutan yang dititrasi dengan Na2S2O3
akan berubah dari biru menjadi bening, dilakukan penambahan kalium tiosianat
KCNS.
Penambahan
KCNS menyebabkan larutan kembali berwarna biru. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
2Cu2+
+ 2I- + 2SCN- → 2CuSCN ↓ + I2
Endapan
tembaga(I) tiosianat yang terbentuk mempunyai kelarutan yang lebih rendah
daripada tembaga(I) iodida sehingga dapat memaksa reaksi berjalan sempurna.
Selain itu, tembaga(I) tiosianat mungkin terbentuk pada permukaan tembaga(I)
iodida yang telah mengendap. Reaksinya sebagai berikut:
CuI
↓ + SCN- → CuSCN ↓ + I-
Penambahan
larutan KCNS ini bertujuan sebagai larutan yang mengembalikan reaksi penambahan
indikator amilum dalam larutan sehingga larutan menjadi kembali biru. Reaksi yang berlangsung adalah
2Cu2+
+
4 I- 2CuI + I2
2S2O32-+ I2 S4O62-+ 2I-
dari
hasil pengamatan dan perhitungan, didapatkan jumlah volume titrasi larutan
natrium tiosulfat yang dibutuhkan untuk merubah larutan dari warna coklat tua
menjadi kuning muda setelah penambahan amilum maka larutan menjadi bening dan
setelah penambahan KCNS maka larutan menjadi jernih kembali. Dari hasil perhitungan
diperoleh massa tembaga pada larutan sampel sebesar 0,4321 gram dan kadar
tembaga (%Cu2+) dalam larutan sample tersebut adalah sebesar 43,21
%.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan
tujuan, perhitungan dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan berikut :
Ada
dua cara analisis menggunakan senyawa iodium yaitu titrasi iodimetri atau
dengan iodometri dimana iodium terlebih dahulu dioksidasi oleh oksidator
misalnya KI.
Kadar
tembaga dalam garam CuSO4.5H2O dapat ditentukan dengan cara
iodometri.
Indikator
yang dipakai adalah amilum karena amilum sangat peka terhadap iodium dan terbentuk kompleks amilum berwarna biru
cerah, saat ekivalen amilum terlepas kembali.
Massa
tembaga pada larutan diketahui sebesar 0,4321 gram dan kadar tembaga dalam
larutan sebesar 43,21 %
0 Response to "Iodometri"
Post a Comment