NAMA :
NATHAN PASIGA
NIM : 11-901-205
KELAS : E11
1. Pengendalian negatif operon laktosa
(lac)
System operon lac adalah system pengendalian
ekspresi gen-gen yang bertanggung jawab di dalam metabolisme laktosa.
Pengendalian operon laktosa secara negatif
dilakukan oleh protein represor yang dikode oleh gen lacl. Repressor lacl
adalah suatu protein tetramerik yang tersusun atas empat polipeptida yang
identik.Represor ini menempel pada daerah operator (lacO) yang terletak
disebelah hilir dari promotor.Operon lac berukuran sekitar 28 pasangan
basa.Penempelan represor semacam ini menyebabkan RNA polimerase tidak dapat
melakukan transkripsi gen-gen struktural lacZ, lacY, dan lacA sehingga operon
laktosa dikatakan mengalami represi. Proses penekanan atau represi semacam ini
terjadi terus menerus selama tidak ada laktosa di dalam sel. Inilah yang
disebut mekanisme efisiensi seluler karena sel tidak perlu mengaktifkan operon
lactose jika memang tidak ada lactose sehingga energy seluler dapat dihemat.
Sel akan cenderung untuk menggunakan sumber karbon yang lebih sederhana
terlebih dahulu, misalnya glukosa, untuk memenuhi kebutuhan selularnya. Setelah
tidak ada lagi glukosa di dalam sel, maka sel akan mencari alternatife sumber
karbon yang tersedia. Jika sel E.coli ditumbuhkan dalam medium yang mengandung
glukosa dan lactose, maka setelah glukosa benar-benar habis sel akan melakukan
metabolism lactose yang ada dengan cara mengaktifkan terlebih dahulu system
operon lactose. lactose Proses pengaktifan operon lactose semacam ini disebut
sebagai proses induksi.
Induksi operon lactosa dapat terjadi jika ada
lactosa di dalam sel. Lactosa yang ada di dalam medium pertumbuhan sel diangkut
ke dalam sel dengan menggunakan enzim permease galaktosida. Operon lactose
sebenarnya tidak sepenuhnya ketat karena di dalam sel selalu ada produk
ekspresi operon ini meskipun pada aras paling dasar. Oleh karena itu, meskipun
belum ada induksi sepenuhnya di dalam sel sudah ada produk enzim permease galaktosida.
Enzim inilah yang akan mengangkut laktosa ke dalam sel. Demikian pula halnya
dengan enzim β galactosidase di dalam sel yang selalu ada dalam jumlah
terbatas, meskipun belum ada induksi sepenuhnya, sehingga dapat mengubah
lactose menjadi allolactosa. Laktosa adaalh disakarida glukosa/galaktosa yang
terikat melalui ikatan β-1,4, sedangkan alloklactosa mempunyai ikatan β-1,6.
Allolaktosa ini yang sesungguhnya menjadi inducer untuk mengaktifkan operon
lactose Yuwono , 2005).
2.
Pengendalian positif operon laktosa (lac)
Selain dikendalikan secara negatif, operon lac
juga dikendalikan secara positif. Dalam sistem semacam ini operon lac
diaktifkan kembali setelah sebelumnya ditekan sampai aras paling dasar (basal
level). Pengendalian positif memberikan keuntungan bagi sel karena operon
laktosa tetap dalam keadaan nonaktif selama masih tersedia glukosa dalam jumlah
banyak. Dalam kasus operon lac, penghilangan represor dari operator tidak cukup
untuk mengaktifkan operon tersebut sehingga diperlukan suatu sistem yang
bekreja secara positif (mempercepat) proses pengaktifan operon. Pada saat E.
coli ditumbuhkan dalam medium yang mengandung dua macam sumber karbon yang
berbeda, yaitu glukosa dan laktosa, maka sel tidak perlu mengaktifkan operon
laktosa jika di dalam sel masih tersedia glukosa.Hal ini ditunjukkan dalam
suatu eksperimen menggunakan E. coli yang ditumbuhkan dalam medium yang
mengandung suksinat dan IPTG (isopropil thigaluktosida).IPTG mempunyai struktur
yang mirip dengan laktosa sehingga dapat berfungsi sebagai inducer operon
laktosa.Pada saat awal ketika IPTG tersedia, b-galaktosidase dapat
diekspresikan.Akan tetapi ketika ditambahkan glukosa maka sintesis enzim ini
mengalami penurunan yang tajam.Pada awalnya diduga bahwa suatu katabolic
glukosa (produk pemecahan glukosa) menjadi penyebab fenomena ini sehingga
kemudian dikenal sebagai fenomena represi katabolic atau efek glukosa. Akan
tetapi, ketika molekul nukleotida cAMP (cyclic AMP) ditambahkan bersama-sama
dengan glukosa, proses represi sintesis b-galaktosidase tidak terjadi. Represi
katabolic semacam ini juga terjadi operon yang lain.
Represi katabolik pada operon lac dilakukan
melalui protein regulator yang dikenal sebagai CAP (catabolic activator
protein) dan suatu molekul efektor
yaitu cAMP. Telah diketahui bahwa E. coli konsentrasi cAMP yang disintesisi
oleh enzim adenil siklase, berkebalikan dengan konsentrasi glukosa dalam sel. Hal
itu berarti bahwa jika konsentrasi glukosa rendah, maka konsentrasi cAMP
meningkat. Pada saat konsentrasi cAMP meningkat, yaitu pada saat konsentrasi
glukosa rendah, cAMP akan berikatan dengan CAP dun mengaktifkan operon lac.
yaitu cAMP. Telah diketahui bahwa E. coli konsentrasi cAMP yang disintesisi
oleh enzim adenil siklase, berkebalikan dengan konsentrasi glukosa dalam sel. Hal
itu berarti bahwa jika konsentrasi glukosa rendah, maka konsentrasi cAMP
meningkat. Pada saat konsentrasi cAMP meningkat, yaitu pada saat konsentrasi
glukosa rendah, cAMP akan berikatan dengan CAP dun mengaktifkan operon lac.
Jadi secara umum dapat dijelaskan bahwa
pengikatan CAP-cAMP pada promotor menyebabkan RNA polimerase dapat tertarik
pada promotor membentuk kompleks promotor tertutup (close promotor complex)
yang selanjutnya akan menjadi kompleks promotor terbuka yang siap melakukan
ripsi. Pengikatan RNA polimerase pada promotor tersebut difasilitasi oleh
CAP-cAMP melalui interaksi protein-protein, pembengkokkan DNA atau kedua-nya.
3.
Pengendalian operon triptofan (trp)
Operon trp berperanan di dalam sintesis
asam amino triptofan pada E. coli.Operon trp, dikendalikan melalui dua
macam mekanisme yaitu : (1) penekanan (represi) oleh produk akhir ekspresi, dan
(2) pelemahan (attenuation). Operon ini dikenal secara negatif oleh suatu
represor seperti pada operon lac.Meskipun demikian, ada perbedaan fundamental
antara kedua operon tersebut.Operon lac adalah operon yang mengkode enzim-enzim
katabolik, yaitu enzim yang digunakan untuk merombak suatu senyawa, sedangkan
operon trp adalah operon yang mengkode enzim-enzim anabolik yang digunakan
untuk sintesis suatu senyawa. Operon untuk enzim katabolik cenderung akan
diaktifkan jika ada senyawa yang akan dirombak, misalnya laktosa. Sebaliknya,
operon untuk enzim anabolic pada umumnya akan dinonaktifkan jika tersedia
senyawa yang akan disintesis, misalnya triptofan, maka operon trp akan
dinonaktifkan. Selain dengan mekanisme pengendalian negatif semacam ini, operon
trp juga mempunyai mekanisme pengendalian lain, yaitu mekanisme pelemahan yang
tidak ada pada operon lac.
Pengendalian negatif operon trp dilakukan
dengan cara menekan ekspresi
gen-gen dalam operon itu pada saat tersedia triptofan dalam jumlah banyak. Operon trip terdiri atas 5 gen struktural, yaitu tripE, D, C, B dan A. Promotor dan operator operon ini terletak pada daerah yang sama. Hal ini berbeda dengan operator lac yang terletak tepat pada sisi sebelah hilir promotor lac. Pada daerah hilir setelah promotor, tetapi sebelum daerah gen struktural, terdapat suatu urutan nukleotida (trpL) yang mengkode suatu polipeptida awal berukuran pendek (leader peptida) yang terdiri atas 14 asam amino dan tidak fungsional sebagai protein. Sekuens gen peptida awal tersebut mempunyai kodon inisiasi translasi AUG diikuti oleh 13 kodon asam amino dan kodon terminasi transalsi UGA. Gen struktural trpE mempunyai kodon inisiasi translasi (AUG) tersendiri yang berbreda dari kodon inisiasi pada sekuens peptida awal. Setelah sekuens trpL terdapat suatu sekuens yang mempunyai fungsi khusus dalam pengendalian dengan mekanisme pelemahan (attenuation) yang disebut sebagai daerah attenuator.Selain itu, juga ada gen regulator operon trp yaitu trpR yang mengkode sintesis aporepresor yang tidak aktif jika tidak ada triptofan.
gen-gen dalam operon itu pada saat tersedia triptofan dalam jumlah banyak. Operon trip terdiri atas 5 gen struktural, yaitu tripE, D, C, B dan A. Promotor dan operator operon ini terletak pada daerah yang sama. Hal ini berbeda dengan operator lac yang terletak tepat pada sisi sebelah hilir promotor lac. Pada daerah hilir setelah promotor, tetapi sebelum daerah gen struktural, terdapat suatu urutan nukleotida (trpL) yang mengkode suatu polipeptida awal berukuran pendek (leader peptida) yang terdiri atas 14 asam amino dan tidak fungsional sebagai protein. Sekuens gen peptida awal tersebut mempunyai kodon inisiasi translasi AUG diikuti oleh 13 kodon asam amino dan kodon terminasi transalsi UGA. Gen struktural trpE mempunyai kodon inisiasi translasi (AUG) tersendiri yang berbreda dari kodon inisiasi pada sekuens peptida awal. Setelah sekuens trpL terdapat suatu sekuens yang mempunyai fungsi khusus dalam pengendalian dengan mekanisme pelemahan (attenuation) yang disebut sebagai daerah attenuator.Selain itu, juga ada gen regulator operon trp yaitu trpR yang mengkode sintesis aporepresor yang tidak aktif jika tidak ada triptofan.
Selain dengan mekanisme pengendalian negatif
semacam trp, operon trp juga dikendalikan melalui mekanisme pelemahan.Perlu
dipahami bahwa sistem represi operator trp sebenarnya tidak cukup kuat, jauh
lebih lemah dibandingkan represor operon lac, sehingga transkripsi gen-gen
struktural trp masih dapat terjadi meskipun ada protein represor. Oleh karena
itu, diperlukan mekanisme pengendalian yang lain untuk meningkatkan efisiensi
selular karena sintesis asam amino triptofan memerlukan banyak energi.
Jika triptofan dalam jumlah banyak, pada
awalnya RNA polimerase akan melakukan transkripsi sekuens trpL yang kemudian
langsung diikuti dengan transalsi transkrip trpL. Perlu diingat bahwa dalam
sistem prokaryot, tarnskripsi akan langsung diikuti dengan translasi, berbeda
dengan eukaryot yang memiliki sistem terpisah. Meski trpL dapat ditranskripsi
namun proses transkripsi tersebut akan segera diakhiri karena daerah attenuator
mempunyai sekuens terminator transkripsi sehingga akhirnya RNA polimerase
terlepas dari DNA sebelum mencapai gen-gen struktural trpEDCBA. Sekuens
terminator pada daerah attenuator berupa suatu sekuens berulang-terbalik
(inverted repeat) yang diikuti oleh delapan pasangan A-T. Dengan adanya sekuens
berulang-balik semacam ini, maka transkrip mRNA pada daerah ini akan cenderung
mengalami pasangan basa intramolekuler membentuk struktural sekunder jepit
rambut (hair pin). Pembentukan struktur jepit rambut yang diikuti dengan
rangkaian basa U tersebut menyebabkan ikatan antara transkripsi dengan DNA
menjadi tidak stabil sehingga akhirnya transkrip terlepas dan transkripsi tidak
dapat dilanjutkan.
4.
Pengendalian Operan ara
Katabolisme L-arabinosa oleh E-coli melibatkan tiga enzim yang dikode
oleh tiga gen berurutan, yaitu araB, araA, dan araD. Aktivitas transkripsi
ketiga gen tersebut diatur oleh gen keempat yaitu araC. Lokus araC dan araBAD
ditranskripsi dengan arah yang berlawanan oleh suatu daerah promotor
sentral.Aktivitas ipromotor araC (Pc) maupun promotor araBAD (PBAD)
distimulasi oleh CAP-cAMP. Operon ara mempunyai dua operator yaitu araO1
(mengendalikan araC) dan araO2 (mengendalikan araBAD). Operator araO2
terletak cukup jauh dari promotor PBAD (pada posisi-265 dan -294)
tetapi masih mampu melakukan pengendalian transkripsi. Sisi pengikatan CAP
terletak sekitar 200 bp disebelah hulu dark promotor ara. Protein araC (dikode
oleh araC) mempunyai 3 daerah pengikatan yaitu pada araO2, araOl,
dan pada aral yang dapat dibedakan menjadi dua sub-bagian yaitu aral1
dan aral2.
Pada saat tidak tersedia arabinosa, sehingga
tidak diperlukan enzim untuk katabolisme, protein araC melakukan pengendalian
negatif dengan cara menempel pada araO2 dan aral1.
Penempelan itu menyebabkan DNA membengkok sehingga menekan transkripsi operon
araBAD.Sebaliknya, jika arabinosa tersedia, terjadi perubahan konfirmasi
protein araC sehingga protein regulator tersebut tidak dapat menempel pada araO2
melainkan melekat pada aral1 dan aral2. Hal ini
menyebabkan penghilangan struktur bengkokkan DNA yang sebelumnya menekan operon
ara BAD sehingga operon ini dapat ditranskripsi dan translasi menghasilkan
enzim-enzim yang digunakan untuk metabolisms arabinosa.
Protein araC sendiri juga dapat diatur aras
sintetisnya dengan mekanisme autoregulasi. Gen araC ditranskripsi kearah kiri
dari promotornya (PC) sementara disemailah kirinya (disemailah hulu
dari araC) terdapat operator araO1. Pada saat konsentrasi araC
meningkat, protein ini akan menempel pada araO1 sehingga
akhirnya menghambat transkripsi araC kearah kiri (kearah hulu dari lokus araC).
Penghambatan transkripsi araC ini pada akhirnya akan mengurangi jumlah protein
represor sehingga tidak disintesisi dalam jumlah berlebihan.
5.
Pengendalian Operon gal
Operon gal pada E. coli terdiri atas tiga gen struktural, yaitu galE, galT, dan
galK yang ditranskripsi dari dua promotor yang saling tumpang tindih pada sisi
sebelah hulu dari galE. Operon ini selain bertanggung jawab dalam metabolisme
galaktosa sebagai sumber karbon, juga berperan dalam mengubah UDP-glukosa
menjadi UDP-galaktosa pada waktu tidak ada galaktosa. Meskipun transkripsi
kedua promotor gal dapat diinduksi oleh galaktosa, tetapi produk galE dalam
aras dasar selalu dibutuhkan pada saat tidak tersedia galaktosa. Operon gal
juga diatur oleh sistem represi katabolic. Pada saat konsentrasi cAMP tinggi,
kompleks CAP-cAMP akan menstimulasi transkripsi dari promotor pertama sekaligus
menekan promotor kedua sehingga terbentuk produk gen-gen struktural operon gal.
Sebaliknya, jika bakteri ditumbuhkan dalam medium yang mengandung glukosa,
sehingga konsentrasi cAMP rendah, maka transkripsi dimulai dari promotor kedua
yang terletak disemailah hulu promotor pertama. Keadaan ini menyebabkan
disintesisinya enzim-enzim gal pada aras dasar (basal level). Kedua promotor
gal tersebut dikendalikan secara negatif oleh produk gen galR yang tidak
terikat dengan operon gal.
0 Response to " Pengendalian negatif operon laktosa (lac)"
Post a Comment