Makalah Macam-macam Cacing
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia masih
banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya
ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Cacingan ini dapat
mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan
produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan
kerugian, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta
kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi,
terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai risiko
tinggi terjangkit penyakitini. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No:
424/MENKES/SK/VI, 2006:1).
B. Rumusan Masalah
Macam – macam cacing
Siklus hidup cacing
Gejala terkena cacing
Diagnosa cacing
Obat-obat cacing
Cara Pencegahan cacing
C. Tujuan
Memahami
Pengertian cacing, siklus hidup, cara penularan, penyebab dan bagaimana
cara pengobatan penderita cacing pada umumnya. Serta berusaha sebaik
mungkin untuk mencegah terinfeksi cacing.
D. Metode pengumpulan data
Data-data penunjang makalh ini diperoleh dari buku-buku mikrobiologi yang menjelaskan tentang cacing serta dari Internet.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Macam –macam cacing
1.1 Cacing tanah
Cacing
tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta, yang
kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum Annelida.
Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen
yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen
27-32 Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga
tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa
menyamai atau melebihi jenis lain.
Cacing tanah jenis Pheretima
segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen
14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah
keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing
merah, cacing koot dan cacing kalung.
1.2 Cacing tambang
Cacing
tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan
telurnya akan dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur akan
menetas menjadi larva di luar tubuh manusia, yang kemudian masuk kembali
ke tubuh korban menembus kulit telapak kaki yang berjalan tanpa alas
kaki.Larva akan berjalan jalan di dalam tubuh melalui peredaran darah
yang akhirnya tiba di paru paru lalu dibatukan dan ditelan kembali.
Gejala meliputi reaksi alergi lokal atau seluruh tubuh, anemia dan nyeri
abdomen.
Hospes parasitini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di
rongga usus halus dengan giginya melekat padamucosa usus. Cacing betina
menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai
panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira- kira 0,8 cm, cacing dewasa
berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang
gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing
akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur
tersebut menetas menjadi larvarabditif orm. Dalam waktu sekitar 3 hari l
a rva tumbuh menjadilarva filariform yang dapat menembus kulit dan
dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang
besarnya kira-kira 60x40mi kron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding
tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya
kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang
lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit, larvaikut aliran darah ke
jantung terus ke paru-paru.
1.3 Cacing pita
Cacing pita
adalah parasit manusia dan hewan ternak. Ada tiga jenis cacing pita yang
menjadikan manusia sebagai inang antara maupun inang permanen:
• Cacing pita sapi (Taenia sagita)
Taenia
saginata adalah raksasa di antara semua cacing parasit. Panjang taenia
saginata bisa mencapai 8 meter, hampir sepanjang saluran pencernaan
manusia dewasa. Cacing pita ini berwarna putih pucat, tanpa mulut, tanpa
anus dan tanpa saluran pencernaan. Badannya tidak berongga dan terdiri
dari segmen-segmen berukuran 1X1,5 cm. Taenia saginata bisa hidup sampai
25 tahun di dalam usus inangnya.
• Cacing pita babi (Taenia solium)
Taenia
solium adalah kerabat dekat Taenia saginata yang memiliki siklus hidup
hampir sama, namun inang perantaranya adalah babi. Manusia terinfeksi
dengan memakan daging babi berisi kista Taenia solium. Cacing ini
sedikit lebih kecil dari Taenia saginata (3-4 m panjangnya), tetapi
lebih berbahaya. Berbeda dengan Taenia saginata yang hanya membentuk
kista di daging sapi, Taenia solium juga mengembangkan kista di tubuh
manusia yang menelan telurnya. Kista tersebut dapat terbentuk di mata,
otak atau otot sehingga menyebabkan masalah serius. Selanjutnya, jika
tubuh membunuh parasit itu, garam kalsium yang terbentuk di tempat
mereka akan membentuk batu kecil di jaringan lunak yang juga mengganggu
kesehatan.
• Cacing pita ikan
Infeksi Cacing Pita Ikan (Difilobatriasis) merupakan infeksi usus karena cacing pita dewasa Diphyllobothrium latum.
Infeksi
ini banyak ditemukan di Eropa (terutama Skandinavia), Jepang, Afrika,
Amerika Selatan, Kanada dan Amerika (terutama Alaska dan daerah Great
Lake). Infeksi sering terjadi akibat memakan ikan air tawar mentah atau
dimasak belum matang betul.
Cacing pita dewasa dinamakan Diphyllobothrium latum.
Cacing
dewasa memiliki beribu-ribu proglotid (bagian yang mengandung telur)
dan panjangnya sampai 450-900 cm. Telurnya dikeluarkan dari proglotid di
dalam usus dan dibuang melalui tinja. Telur akan mengeram dalam air
tawar dan menghasilkan embrio, yang akan termakan oleh krustasea
(binatang berkulit keras seperti udang, kepiting). Selanjutnya krustasea
dimakan oleh ikan. Manusia terinfeksi bila memakan ikan air tawar
terinfeksi yang mentah atau yang dimasak belum sampai matang.
1.4 Cacing Pipih
Tubuhnya
memipih badan berbentuk pita. Cacing ini simetris bilateral, mempunyai
sisi kanan dan kiri, permukaan dorsal dan ventral, bagian anterior dan
posterior. Tipe simetris semacam ini dikaitkan dengan gerakan yang
aktif. Cacing pipih yang hidup di air tawar misalnya Plenaria, dapat
bergerak cepat. Bila planaria berada pada permukaan substrat/tanah
mengeluarkan lendir di bawah tubuhnya, dan bergerak maju di atas lendir
ini menggerakkan silianya. Bila planaria berada di dalam air dapat
berenang dengan cara menggerakkan tubuhnya seperti gelombang. Dengan
demikian planaria dapat bergerak bebas sehingga dapat mencari makanan
secara aktif.
1.5 Cacing Filaria
Wuchereria bancrofti atau
disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota hewan tak
bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes. Bentuk
cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut filaria.
Pernahkah Anda mendengar penyakit kaki gajah (elephantiasis). Terlihat
kaki penderita menjadi bengkak, mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Cacing
ini hidup pada pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu banyak jumlahnya,
dapat menyumbat aliran limfe sehingga kaki menjadi membengkak. Pada saat
dewasa, cacing ini menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi
anak cacing berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya,
mikrofilaria beredar di dalam darah. Larva ini dapat berpindah ke
peredaran darah kecil di bawah kulit. Jika pada waktu itu ada nyamuk
yang menggigit, maka larva tersebut dapat menembus dinding usus nyamuk
lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami
pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk itu
menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini, demikian
seterusnya.
1.6 Cacing Kremi
Cacing yang memegang peranan
disini adalah Enterobius vermikularis yang sering banget terjadi pada
anak kecil. Cacing dewasa akan tinggal di usus besar. Cacing betina yang
akan bertelur meninggalkan usus besar menuju anus yang merupakan tempat
bertelur yang paling ideal. Saat inilah si anak akan menangis karena
lubang anusnya gatal. Secara kasat mata, cacing ini akan terlihat
sebesar parutan kelapa disekitar lubang anus. Transmisi cacing ini
seperti halnya cacing perut masuk langsung melalui mulut baik dengan
perantara makanan maupun dimasukan secara tidak sengaja oleh penderita
yang habis menggaruk lubang anusnya yang gatal. Sehingga pada anak anak
sering terjadi reinfeksi akibat tindakan itu.
1.7 Cacing Gelang
Biasanya
disebabkan oleh keluarga cacing Askaris lumbricoides yang merupakan
cacing yang paling sering menginfeksi manusia. Cacing dewasa hidup di
dalam usus manusia bagian atas, dan melepaskan telurnya di dalam kotoran
manusia. Infeksi pada manusia terjadi melalui jalan makanan yang
tercemar oleh kotoran yang mengandung telur cacing. Telur yang tertelan
akan mengeluarkan larva. Larva ini akan menembus dinding usus masuk ke
aliran darah yang akhirnya sampai ke paru paru lalu akan dibatukan
keluar dan ditelan kembali ke usus. Penyulit yang timbul dari infeksi
ini antara lain anemia, obstruksi saluran empedu, radang pankreas dan
usus buntu.
1.8 Cacing Cambuk
Cacing dewasa akan tinggal di
usus bagian bawah dan melepaskan telurnya ke luar tubuh manusia bersama
kotoran. Telur yang tertelan selanjutnya akan menetas di dalam usus
halus dan hidup sampai dewasa disana. Gejala yang timbul pada penderita
cacing cambuk antara lain nyeri abdomen, diare dan usus buntu.
1.9. Cacing jantung
Cacing
jantung atau nama ilmiahnya Dirofilaria immitis merupakan penyakit
serius bagi anjing dan kucing dan sering kali membawa maut bila tak
dirawat. Cacing yang disebar melalui vektor nyamuk Anopheles, tinggal di
dalam arteri pulmonari menyebabkan kerusakan kepada jantung dan
paru-paru.
Obat kelas avermectin digunakan secara meluas untuk
mencegah penularan, tetapi American Heartworm Society memperkirakan
sekitar 27 juta anjing di Amerika Serikat tidak dirawat.Kasus
Dirofilaria immitis dijumpai di seluruh negara bagian di AS dan survey
yang dilakukan oleh para dokter hewan pada 2002 melaporkan 244.000 kasus
menunjukkan positif untuk uji cacing jantung (heartworm).
2. Siklus hidup cacing
2.1 Siklus hidup cacing tanah
Cacing
tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem
pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu
dapat menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka.
Penelitian yang telah berlangsung selama sekitar 50 tahun menunjukkan
bahwa cacing tanah memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme.
Selain itu telah ditemukan bahwa cairan selom cacing tanah mengandung
lebih dari 40 protein dan pameran beberapa aktivitas biologis sebagai
berikut: cytolytic, proteolitik, antimikroba, hemolitik,
hemagglutinating, tumorolytic, dan kegiatan mitogenic.
Cairan dari
selom foetida Eisenia Andrei telah diteliti memiliki sebuah aktivitas
antimikroba terhadap Aeromonas hydrophila dan Bacillus megaterium yang
dikenal sebagai patogen cacing tanahSetelah itu diperoleh dua protein,
bernama Fetidins, dari cairan selom cacing tanah dan menegaskan bahwa
aktivitas antibakteri ini disebabkan karena fetidinsLumbricus rubellus
juga memiliki dua agen antibakteri bernama Lumbricin 1 dan Lumbricin 2.
Baru-baru ini, dua jenis faktor antibakteri yang mempunyai aktivitas
seperti lisozim dengan aktivitas hemolitik serta pengenalan pola protein
bernama selom cytolytic faktor (CCF) telah diidentifikasi dalam foetida
Eisenia cacing tanah. Lysenin protein yang berbeda dan Eisenia foetida
lysenin-seperti protein memiliki beberapa kegiatan yang diberikan
cytolytic hemolitik, antibakteri dan membran-permeabilizing properti.
2.2 Siklus hidup cacing tambang
Cacing tambang dewasa berada dalam usus kecil manusia, di mana mereka
melekatkan diri di dinding usus dengan mulut mereka. Mereka makan darah
dan menyebabkan perdarahan di usus yang ditempati.
Cacing betina
memproduksi telur cacing, yang dikeluarkan lewat tinja. Jika tinja jatuh
ke tanah, dan cuaca hangat, telur cacing akan menetas menjadi larva
dalam waktu sekitar dua hari. Larva kemudian menjadi dewasa dalam
seminggu, dan dapat bertahan untuk waktu yang lama jika kondisi
mendukung. Larva yang mendapatkan kontak dengan kaki telanjang manusia
akan menembus kulit kaki dan masuk ke paru-paru melalui sirkulasi darah.
Larva kemudian bergerak ke saluran udara menuju tenggorokan dan
tertelan. Mereka menuju ke usus kecil. Larva lalu melekat pada dinding
usus dan berkembang menjadi cacing dewasa. Pada sekitar usia lima bulan,
cacing mulai memproduksi telur.
Infeksi cacing tambang biasanya
tidak memberikan gejala spesifik. Anemia (kekurangan darah) dan keluhan
terkait peradangan usus seperti mual, sakit perut dan diare adalah
beberapa gejala yang mungkin timbul.
2.3 siklus hidup cacing kremi
Telur cacing kremi dapat menempel pada tangan Anda melalui kotoran
manusia. Ketika tangan Anda yang tercemar masuk ke mulut Anda, telur
dapat masuk ke dalam tubuh, menetas dalam usus kecil dan bergerak turun
ke usus besar. Di sana cacing kremi melekat pada dinding usus dan
makan. Ketika mereka siap bertelur, cacing pindah dan bertelur pada
kulit berlipat di sekitar dubur. Saat itulah Anda mungkin curiga terkena
cacingan karena merasakan gatal-gatal di sekitar anus (pruritus) yang
biasanya lebih intens di malam hari. Dibutuhkan waktu sekitar satu bulan
dari menelan telur cacing ke merasakan gatal-gatal di anus. Cacing
kremi dewasa berukuran 3-10 mm sehingga bisa dilihat dengan mata
telanjang.
Telur cacing kremi dapat bertahan hidup hingga tiga
minggu. Karena bentuknya yang sangat kecil, Anda tidak dapat melihatnya
sehingga bisa tanpa sengaja tertulari ketika menggunakan baju, kasur,
bantal, mainan anak, uang kertas, peralatan makan, atau peralatan
mandi/toilet.
Untuk memastikan apakah gatal-gatal disebabkan oleh
cacing kremi, Anda dapat meletakkan sepotong selotip di anus. Semua
cacing atau telur akan menempel ke selotip. Lalu bawalah selotip itu ke
dokter untuk diperiksa.
2.4 Siklus hidup cacing pita
Cacing
pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk semang
definitif. Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur
keluar secara aktif dari anus manusia atau secara pasif bersama-sama
feses manusia. Bila inang definitif (manusia) maupun inang antara (sapi
dan babi) menelan telur maka telur yang menetas akan mengeluarkan embrio
(onchosphere) yang kemudian menembus dinding usus. Embrio cacing yang
mengikuti sirkulasi darah limfe berangsur-angsur berkembang menjadi
sistiserkosis yang infektif di dalam otot tertentu. Otot yang paling
sering terserang sistiserkus yaitu jantung, diafragma, lidah, otot
pengunyah, daerah esofagus, leher dan otot antar tulang rusuk.
Infeksi
Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis. Taeniasis
adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam
genus Taenia yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun
sebaliknya. Taeniasis pada manusia disebabkan oleh spesies Taenia solium
atau dikenal dengan cacing pita babi. sementara Taenia saginata dikenal
juga sebagai cacing pita sapi.
Sistiserkosis pada manusia adalah
infeksi jaringan oleh bentuk larva Taenia (sistiserkus) akibat termakan
telur cacing Taenia solium (cacing pita babi). Cacing pita babi dapat
menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita sapi tidak
dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia. Sedangkan kemampuan
Taenia asiatica dalam
Siklus hidup Taenia saginata:
Cacing
pita sapi memiliki siklus yang rumit dan berakhir pada manusia sebagai
inang tetapnya. Cacing pita dewasa melepaskan telur-telurnya bersama
segmen badannya. Segmen ini bila mengering di udara luar akan melepaskan
telur-telur cacing yang dapat termakan oleh sapi saat merumput. Enzim
pencernaan sapi membuat telur menetas dan melepaskan zigot yang kemudian
menembus lapisan mukosa saluran pencernaan untuk memasuki sirkulasi
darah. Dari pembuluh darah, zigot akan menetap di otot membentuk kista,
seperti pada cacing cambuk. Bila daging sapi berisi kista tersebut
dimakan manusia dalam keadaaan mentah atau setengah matang, enzim-enzim
pencernaan akan memecah kista dan melepaskan larva cacing. Selanjutnya,
larva cacing yang menempel di usus kecil akan berkembang hingga mencapai
5 meter dalam waktu tiga bulan.
Selain masalah gizi, kehadiran cacing pita umumnya menyebabkan gejala perut ringan sampai sedang (mual, sakit, dll).
2.5 Siklus hidup cacing cambuk
Manusia terinfeksi karena memakan daging mentah atau setengah matang
dari hewan yang terinfeksi, terutama babi, babi hutan, dan beruang.
Larva lalu masuk ke usus kecil, menembus mukosa, dan menjadi dewasa
dalam 6-8 hari. Cacing betina dewasa melepaskan larva yang bisa
bertahan hidup sampai 6 minggu. Larva yang baru lahir bermigrasi melalui
aliran darah dan jaringan tubuh, tetapi akhirnya hanya bertahan di sel
otot rangka lurik. Larva mengkista (encyst) sepenuhnya dalam 1-2 bulan
dan tetap hidup hingga beberapa tahun sebagai parasit intraselular.
Larva yang mati akhirnya diserap kembali tubuh. Siklus ini terus
berlanjut hanya jika larva mengkista dicerna oleh karnivora lain.
Gejala awal infeksi cacing cambuk termasuk edema, nyeri otot, dan demam.
2.6 Siklus hidup cacing filaria
Cacing ini hidup pada pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu banyak
jumlahnya, dapat menyumbat aliran limfe sehingga kaki menjadi
membengkak. Pada saat dewasa, cacing ini menghasilkan telur kemudian
akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil yang disebut
mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah. Larva
ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Jika pada
waktu itu ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat menembus
dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian
setelah mengalami pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk.
Jika nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit
ini, demikian seterusnya.
2.7 Siklus hidup cacing pipih
Tubuh
planaria terdiri dari tiga lapisan embrional. Lapisan terluar disebut
ekstoderm, lapisan dalam disebut endoderm. Endoderm membatasi rongga
gastrovaskuler. Diantara ekstoderm dan endoderm terdapat lapisan
mesoderm. Mesoderm terdiri dari jaringan ikat yang longgar. Pada
mesoderm terdapat organ-organ misalnya organ kelamin jantan dan betina.
Filum ini terdiri atas 6000 spesies yang digolongkan menjadi tiga kelas.
1. kelas Turbellaria
Semua
cacing berambut getar yang termasuk tubellaria hidup secara bebas.
Sebagian besar hewan yang termasuk mempunyai susunan tubuh yang
sederhana. Cacing-cacing ini dapat kita temukan pada tanah-tanah lembab
dan juga di perairan baik asin maupun tawar.
2. kelas Trematoda
Semua
anggota kelas ini hidup secara parasit. Cacing menghisap makanan dari
inang dengan mempergunakan batil penghisap yang terdapat di permukaan
ventral. Kebanyakan larva dari cacing ynag termasuk termatroda hidup
secara parasit. Inang yang ditumpangi larva berbeda dengan inang yang
ditumpangi cacing dewasa. Inang dari larva biasanya siput-siputan.
Cacing hati merupakan parasit yang berbahaya bagi domba dan lembu.
Schistosoma dan cacing paru-paru merupakan parasit yang berbahaya bagi
manusia yang hidup di daerah tropis.
3. kelas Cestoda
Cestoda
atau cacing pita juga hidup secara parasit. Cacing pita dewasa hidup di
dalam usus inang dan menghisap sari makanan. Bentuk Cestoda seperti pita
terdiri dari untaian progtogled masing progtogled hidup sendiri.
Untaian progtogled dapat mencapai panjang lebih dari 30 meter.
Dalam
siklus hidupnya sebagian besar cacing pita membutuhkan dua atau lebih
inang. Kalau daging yang mengandung cacing pita tidak dimasak sempurna
kemudian termakan oleh orang, maka orang tersebut akan terserang cacing
pita. Cacing pita tidak memiliki alat pencernaan dan indra. Dalam
evolusi mungkin hewan ini hasil perkembangan dari cacing pita yang hidup
secara bebas. Dalam proses perkembangannya, alat pencernaan dan alat
indera tidak lagi sesuai dengan cara hidup parasit.
3. Gejala terkena cacing
Secara umum gejala yang terjadi apabila seseorang mengalami kecacingan adalah:
Pantat
gatal, merupakan salah satu gejala untuk jenis cacing Enterobius
vermicularis. Pada spesies cacing ini, indung cacing keluar dari lubang
anus, biasanya di malam hari ketika kita tidur, dan meletakkan telurnya
di daerah peri-anal (sekeliling anus). Dengan menggunakan selotip,
contoh telur-telur dapat diambil dan dapat dilihat dengan bantuan
mikroskop untuk diagnosa.
3.1 Cacing Tambang
Gejala klinik
penyakit cacing tambang berupa anemia yang diakibatkan oleh kehilangan
darah pada usus halus secara kronik. Jumlah darah yang hiIang setiap
hari tergantung pada (1) jumlah cacing, terutama yang secara kebetulan
melekat pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri; (2) species
cacing : seekorA. duodenaleyang lebih besar daripada N. americanus
mengisap 5x lebih banyak darah;
(3) lamanyainfeksi. Terjadinya
anemia tergantung pada keseimbanganzat besi dan protein yang hilang
dalam usus dan yang diserap dari makanan. Kekurangan gizi dapat
menurunkan daya tahan terhadapinfeksi parasit. Beratnya penyakit cacing
tambang tergantung pada beberapafaktor, antaza lain umur,"wormload,"
lamanya penyakit dan keadaan gizi penderita. Penyakit cacing tambang
menahun dapat dibagi dalam tiga golongan :
I. Infeksi ringan dengan
kehilangan darahyang dapat diatasi tanpa gejala, walaupun penderita
mempunyai daya tahan yang menurun terhadap penyakit lain.
II.infeksi
sedang dengan kehilangan darah yang tidak dapat dikompensasi dan
penderita kekurangan gizi, mempunyai keluhan pencernaan, anemia, lemah,
fisik dan mentaI kurang baik.
III.infeksi berat yang dapat menyebabkan keadaanfisik buruk dan payah jantung dengan segala akibatnya.
Gejala
lainnya adalah Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa
muncul di tempat masuknya larva pada kulit. Demam, batuk dan bunyi nafas
mengi (bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui
paru-paru. Cacing dewasa seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian
atas. Anemia karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein di
dalam darah bisa terjadi akibat perdarahan usus.
Kehilangan darah
yang berat dan berlangsung lama, bisa menyebabkan pertumbuhan yang
lambat, gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada anak-
anak. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI, 2006:11).
3.2 Cacing Kremi
Gejalanya berupa:
1. Rasa gatal hebat di sekitar anus
2. Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)
3.
Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari
ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan
telurnya di sana)
4. Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada infeksi yang berat)
5. Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam vagina)
6. Kulit di sekitar anus menjadi lecet, kasar, atau terjadi infeksi (akibat penggaruka
3.3 Cacing gelang
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
Pada
stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di
paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan
kumpulan tanda seperti demam, sesak napas, eosinofilia, dan pada foto
Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.
Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas
saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare,
konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat
menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk
menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut
abdomen.
3.4 Cacing pita
Cacing pita Taenia dapat menimbulkan
penyakit yang disebut taeniasis dan sistiserkosis. Gejala klinis
terbanyak yang dikeluhkan adalah:
• Pengeluaran segmen tubuh cacing dalam fesesnya (95%)
• Gatal-gatal pada anus (77%)
• Mual (46%)
• Pusing (42%)
• Peningkatan nafsu makan (30%)
• Sakit kepala (26%)
• Diare (18%)
• Lemah (17%)
• Merasa lapar (16%)
• Sembelit (11%)
• Penurunan berat badan (6%)
• Rasa tidak enak di lambung (5%)
• Letih (4%)
• Muntah (4%)
• Tidak ada selera makan saat lapar (1%)
• Pegal-pegal pada otot (1%)
•
Nyeri di perut, mengantuk, serta kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di
kulit dan gangguan pernafasan (masing-masing <1%).
Sistiserkosis
menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit
dalam tubuh. Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di
jaringan tubuh yang berbeda-beda. Sistiserkus pada manusia paling
sering ditemukan di otak (disebut neurosistiserkosis), mata, otot dan
lapisan bawah kulit.
Cacing pita babi gejalanya
Infeksi oleh
cacing dewasa biasanya tidak menyebabkan gejala. Infeksi yang berat oleh
kista bisa menyebabkan nyeri otot, lemah dan demam. Bila infeksi sampai
ke otak dan selaputnya, bisa menimbulkan peradangan, dan bisa terjadi
kejang.
Cacing pita ikan gejalanya
Infeksi biasanya tidak
menimbulkan gejala, meskipun beberapa penderita mengalami gangguan usus
yang ringan.Kadang cacing pita menyebabkan anemia.
4. Diagnosa Cacing
4.1 Cacing Pita
Pada
infeksi cacing dewasa, telur bisa ditemukan disekeliling dubur atau di
dalam tinja. Proglotid atau kepala cacing harus ditemukan di dalam tinja
dan diperiksa dengan mikroskop untuk membedakannya dari cacing pita
lainnya. Kista hidup di dalam jaringan (misalnya di otak) dan bisa
dilihat dengan CT atau MRI. Kadang-kadang kista bisa ditemukan pada
pemeriksaan laboratorium dari jaringan yang diambil dari bintil di
kulit. Juga bisa dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap parasit.
4.2 Cacing Kremi
Cacing
kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama
dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing kremi
berwarna putih dan setipis rambut, mereka aktif bergerak.
Telur
maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip di lipatan
kulit di sekitar anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian
selotip tersebut ditempelkan pada kaca objek dan diperiksa dengan
mikroskop.
5. Pengobatan cacing
5.1 Cacing kremi
Infeksi
cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat
anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh
anggota keluarga dalam satu rumah harus meminum obat tersebut karena
infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada yang lainnya.
Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari.
Meskipun
telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih
hidup terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan.
Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk
memusnahkan telur cacing yang tersisa.
5.2 Cacing Gelang
Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat, aspirin, paracetamol, decolgen.
Pada umumnya, askariasis memiliki prognosis yang baik. Kesembuhan askariasis mencapai 700 hingga 999%.
5.3 Cacing Pita
Pengendalian cacing pita Taenia dapat dilakukan dengan memutuskan
siklus hidupnya. Pemutusan siklus hidup cacing Taenia sebagai agen
penyebab penyakit dapat dilakukan melalui diagnosa dini dan pengobatan
terhadap penderita yang terinfeksi. Beberapa obat cacing yang dapat
digunakan yaitu Atabrin, Librax dan Niclosamide dan Praziquantel.
Sedangkan untuk mengobati sistiserkosis dapat digunakan Albendazole dan
Dexamethasone. Untuk mengurangi kemungkinan infeksi oleh Taenia ke
manusia maupun hewan diperlukan peningkatan daya tahan tubuh inang. Hal
ini dapat dilakukan melalui vaksinasi pada ternak, terutama babi di
daerah endemis taeniasis/sistiserkosis serta peningkatan kualitas dan
kecukupan gizi pada manusia.
6. Cara pencegahan terkena cacing
Cacingan bisa dicegah dengan mencuci badan, terutama tangan dan kaki dengan air dan sabun dengan bersih.
Saat
salah satu anggota keluarga terkena cacingan, maka semua orang di rumah
harus dirawat. Seprai, handuk dan pakaian yang dipakai pada dua hari
sebelumnya harus dicuci dengan dengan air hangat dan detergen.
* Hati-hati bila maka makanan mentah atau setengah matang terutama pada tempat-tempat dimana sanitasi masih kurang
* Masak bahan makanan sampai matang
* Selalu mencuci tangan setelah dari kamar mandi/WC atau sebelum memegang makanan
* Infeksi cacing tambang bisa dihindari dengan selalu mengenakan alas kaki.
* Gunakan desinfektan setiap hari di tempat mandi dan tempat buang air besar.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Makalah
ini menjelaskan tentang macam-macam cacing yaitu cacing tanah, cacing
tambang, cacing kremi, cacing pita, cacing pipih dll. Dan dalam makalah
ini juga dijelaskan siklus hidup cacing, serta pencegahan yang di
lakukan untuk terhindar dari penyakit cacing.
Cacing betina
menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Daur hidup cacing adalah
sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5
hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larvar abditif orm.
Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan
tingkat kebersihan yang buruk. Gejalanya adalah Anemia karena
kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein di dalam darah bisa
terjadi akibat perdarahan usus.penularanmelalui larva cacing yang
terdapat di tanah yangmenembus kulit, Pengobatan dengan anthelmintik,
antara lain befenium hidroksinaftoat.
Upaya pencegahan dan
penanggulangan harus terus dilakukan agar terhindar dari permasalahan
kecacingan , hal ini penting agar permasalahan kecacingan dan dampaknya
terhadap tumbuh kembang misalnya anak-anak seperti kurang gizi dapat
dicegah.
2. Saran
1. Tidak makan makanan mentah
(sayuran,daging babi, daging sapi dan daging ikan), buah dan melon
dikonsumsi setelah dicuciber sih dengan air.
2. Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
3. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
4.
Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan
tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik,
agar tidak mencemari sumber air.
5. Bila sudah terjadi infeksi
cacing tambang maka penderita harus segera di beri obat cacingan atau
segera di bawa ke dokter untuk tindakan lebih lanjut
LAMPIRAN
Cacing Tanah Cacing Tambang
Cacing Gelang Cacing Pita
Cacing Kremi Cacing Cambuk
Cacing Filaria Cacing Askariasis
DAFTAR PUSTAKA
http://turunberatbadan.com/1186/penyebab-cacingan/
http://www.arali2008.wordfres.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_tambang
http://www.scribd.com/search?cat=cacing+tambang&sq=Search#913
http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2008/12/cacing-cacing-yang-berkeliaran-di-tubuh.html
Drs.tan Hoan Tjay dan Drs kirana Rahardja, 2007,obat-obat penting, Jakarta, PT Elex Media Komputindo.
Gandahusada, Srisasi, Prof. dr. 2006. Parasitologi Kedokteran. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Padmasutra, Leshmana, dr. 2007. Catatan Kuliah:Ascaris lumbricoides. Jakarta:Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/jenis-jenis_cacing
http://id.wikipedia.org/wiki/cacing-pipih dan cacing_tambang
28 October 2010 Kategori: Kesehatan Anak, Pencernaan, 5 Jenis Cacing Penyebab Cacingan
^ NSWHealth.Penyakit menular anak-anak.http://www.health.nsw.gov.au/mhcs/publication_pdfs/5980/DOH-5980-IND.pdf : Januari 2002
0 Response to "MAKALAH MACAM CACING"
Post a Comment