MATERI MAKALAH ( CACING KREMI ) M.KUL EPID.Lingkungan
A. PENGERTIAN CACING KREMI
Cacing kremi atau Oxyuris vermicularis merupakan cacing parasit yang
banyak menginfeksi anak-anak maupun dewasa dan ditandai dengan gejala
khas berupa rasa gatal di sekitar anus. Cacing dewasa dalam jumlah
banyak kadang-kadang bisa ditemukan pada feses atau tinja orang yang
terinfeksi.
Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit
yang terutama biasanya menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius
vermicularis (cacing kremi) tumbuh dan berkembangbiak di dalam usus.
Penyakit cacingan biasanya melanda orang-orang miskin yang sehari hari
sulit mendapat makanan dan kadang hanya bisa mengais sampah di
jalan-jalan dan menelan sisa makanan basi di tengah kerumunan lalat.
Penyakit cacing yang disebabkan karena makanan yang tidak bersih inilah
yang disebut penyakit cacing kremi. Cacing ini biasanya berkembang biak
di perut dan terbuang bersama kotoran, jika bersarang di dubur akan
menimbulkan lubang dubur tersa gatal karena biasanya cacing betina
meninggalkan telurnya di lubang dubur tersebut.
Cacing kremi ini adalah salah satu jenis hewan yang biasa menjadi
parasit bagi manusia. Dan yang paling sering di jangkiti oleh hewan
parasit ini. Cacing kremi ini bentuknya bulat halus seperti benang
dengan warna keputihan Cacing kremi betina berukuran 8-13 mm x 0,44 mm
dengan ekor panjang dan runcing sedangkan cacing kremi jantan berukuran
2-5 mm dengan ekor melingkar (Bayangkan saja seperti parutan kelapa).
Cacing ini biasa hidup didalam usus dan paling sering ditemukan pada
pangkal usus bagian bawah (anus).
Enterobius vermicularis telah diketahui sejak dahulu dan telah banyak
dilakukan penelitian mengenai biologi, epidemiologi dan gejala
klinisnya. Parasit ini kosmopolit tetapi lebih banyak ditemukan di
daerah dingin daripada di daerah panas. Hal ini mungkin disebabkan
karena pada umumnya orang di daerah dingin jarang mandi dan mengganti
baju dalam. Penyebaran cacing ini juga ditunjang oleh eratnya hubungan
antara manusia satu dengan lainnya serta lingkungan yang sesuai.
Transmisi cacing ini seperti halnya cacing perut masuk langsung melalui
mulut baik dengan perantara makanan maupun dimasukan secara tidak
sengaja oleh penderita yang habis menggaruk lubang anusnya yang gatal.
Sehingga pada anak anak sering terjadi reinfeksi akibat tindakan itu.
Gatal-gatal akibat infeksi cacing kremi tidak hanya bisa dirasakan di
daerah dubur. Pada wanita, cacing tersebut bisa juga menyerang daerah
sekitar alat kelamin termasuk vagina dan saluran telur sehingga
mengganggu sistem reproduksi.
Gejala umum terjangkiti oleh cacing kremi biasanya pada bagian dubur
terasa gatal, berat badan penderita menurun, terkadang juga mengalami
diare. Apabila gejala – gejala tersebut sudah nampak jangan menggaruk
dubur yang gatal dengan jari karena bila lecet dapat mengakibatkan
infeksi. Hindari makan – makanan berlemak, kemudian olesi pada sekitar
dubur dengan minyak zaitun atau air garam.
Gejalanya, selain rasa gatal, juga adanya lendir keruh dan kental
berwarna sedikit kekuningan seperti susu, terkadang berbusa. Keputihan
ini biasanya juga diderita anak-anak perempuan (balita sampai anak
besar). Terjadi akibat spora yang menempel pada makanan atau barang lain
yang terkontaminasi. Sebab itu kalau ada anak perempuan mengeluh di
daerah vagina terasa gatal dan mengeluarkan lendir kekuningan, segeralah
periksakan ke dokter. Mungkin penyebabnya cacing kremi .
Penyakit akibat cacing kremi dikenal dengan Enterobiasis sebagaimana
nama latin cacing kremi yaitu Enterobious vermicularis. Penyebaran
cacing kremi lebih banyak terjadi pada daerah dengan hawa dingin.
Cacing kremi juga dapat menimbulkan komplikasi diantaranya salpingitis
(peradangan saluran indung telur), vaginitis (peradangan vagina, dan
infeksi ulang.
B. PERJALANAN PENYAKIT CACING KREMI
Cacing Enterobius vermicularis menyebabkan infeksi cacing kremi yang
disebut juga enterobiasis atau oksiuriasis. Infeksi biasanya terjadi
melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing pindah dari daerah sekitar anus
penderita ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jari-jari
tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya
tertelan. Telur cacing juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan.
Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus
kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses
pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak
ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan
telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam
suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina
inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup diluar
tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi
telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke
dalam rektum dan usus bagian bawah.
Dalam siklus hidupnya di dalam tubuh manusia, cacing kremi selalu
berpindah-pindah. Sejak berbentuk telur hingga menetas, cacing ini
tinggal di usus 12 jari kemudian setelah berubah menjadi larva akan
berpindah ke usus tengah yang merupakan bagian atas sistem penyerapan
nutrisi.
Setelah dewasa, cacing ini akan bermigrasi ke bagian anus kemudian
bergerombol dan menyebabkan rasa gatal di bagian tersebut. Sebagian di
antaranya juga akan keluar bersama feses atau tinja dan umumnya bisa
diamati dengan mata telanjang, berupa cacing putih yang bergerak-gerak.
Dalam pengembaraannya menuju anus inilah, cacing dewasa sering tersesat
lalu bersarang di bagian-bagian yang tidak seharusnya kemudian bersarang
di sana untuk bertelur. Salah satunya adalah vagina, yang sering
menjadi tempat bersarang cacing kremi dewasa khususnya yang betina.
Di vagina, cacing kremi bisa menyebabkan gatal atau bahkan radang yang
pada tingkat keparahan tertentu bisa disertai koreng. Infeksinya bahkan
bisa lebih jauh lagi, cacing-cacing itu kadang menyebar hingga saluran
telur sehingga bisa mengganggu sistem reproduksi.
Daur hidup cacing ini bekisar antara 2 minggu sampai 2 bulan. Cacing
dewasa dari usus halus pergi ke usus besar kemudian ke anus karena telur
telur cacing itu hanya menetas kalau ada OKSIGEN, sehingga diberi nama
Oxyuris OK. Di malam hari cacing kremi yang mendekam di usus penderita,
biasanya turun ke kawasan dubur untuk bertelur.
Penyebaran cacing kremi lebih luas dari cacing lain. Penularan dapat
terjadi pada suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu
lingkungan yang sama seperti asrama, rumah piatu. Telur cacing dapat
diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan
mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di berbagai
rumah tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing
kremi, telur cacing dapat ditemuka. (92%) di lantai, meja, kursi, bufet,
tempat duduk kakus (toilet seats), bak mandi, alas kasur, pakaian.
Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi pada berbagai golongan
manusia 3-80%. Penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa
kelompok usia terbanyak yang menderita entrobiasis adalah kelompok usia
antara 5-9 tahun yaitu terdapat 46 anak (54,1%) dari 85 anak yang
diperiksa.
Gambar 1. Siklus Hidup Cacing Kremi
Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum usus besar dan diusu
halus yang berdekatan dengan rongga sekum. Makanannya adalah isi dari
usus. Cacing betina yang gravid mengandung 11.000 – 15.000 butir telur,
bermigrasi kedaerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus
dan vaginanya. Telur-telur jarang dikeluarkan diusus, sehingga jarang
ditemukan di dalam tinja. Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira 6
jam setelah dikeluarkan, pada suhu badan. Telur resisten terhadap
desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup
sampai 13 hari.
Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di sekum. Cacing
jantan mati setelah kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur.
Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang, atau bila larva
dari telur yang menetas didaerah perianal bermigrasi kembali keusus
besar. Bila telur matang yang tertelan, telur menetas di duedenum dan
larva rabditiform berubah dua kali sebelum menjadi dewasa di yeyunum dan
bagian atas ileum.
Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur
matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke dareha
perianal, berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin hanya
berlangsung selama 1 bulan karena telur-telur cacing dapat ditemukan
kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan.
Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri (self limited). Bila tidak ada reinfeksi, tanpa pengobatan infeksi dapat berakhir.
C. GEJALA CACING KREMI
Entrobiasis relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang
berarti. Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi disekitar anus,
perineum dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi kedaerah
anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus lokal.. Oleh karena cacing
bermigrasi kedaerah anus dan menyebaban pruritus ani maka penderita
menggaruk daerah sekitar anus sehingga timbul luka garuk disekitar anus.
Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita
terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Kadang-kadang cacign dewasa muda
dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai ke lambung,
esofagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan didaerah tersebut.
Cacing betina gravid mengembara dan dapat bersarang di vagina dan di
tuba falopi sehingga menyebabkan radang disaluran telur. Cacing sering
ditemukan diapendiks tetapi jarang menyebabkan appendisitis.
Beberapa gejala karena infeksi cacing Enterobiasis vermicularis
dikemukakan oleh beberapa penyelidik yaitu kurang nafsu makan, berat
badan turun, aktifitas meninggi, enuresis, cepat marah, gigi
menggeretak, insomnia dan masturbasi, tetapi kadang sukar untuk
membuktikan hubungan sebab dengan cacing kremi.
Infeksi cacing kremi ringan–dengan hanya sejumlah kecil cacing dewasa
dalam tubuh–tidak ada gejala. Gejala-gejala muncul dengan moderat atau
infeksi berat. Beberapa minggu setelah menelan telur cacing kremi,
cacing betina dewasa bermigrasi dari usus ke daerah sekitar anus, di
mana mereka bertelur. Migrasi biasanya terjadi pada malam hari. Migrasi
ini menyebabkan:
- Gatal-gatal di daerah anal atau vaginal
- Insomnia, lekas marah dan gelisah
- Gejala saluran pencernaan yang samar-samar, seperti sebentar-sebentar sakit perut dan mual
- Gejala umum terjangkiti oleh cacing kremi biasanya pada bagian dubur terasa gatal, berat badan penderita menurun, terkadang juga mengalami diare. Apabila gejala – gejala tersebut sudah nampak jangan menggaruk dubur yang gatal dengan jari karena bila lecet dapat mengakibatkan infeksi. Hindari makan – makanan berlemak, kemudian olesi pada sekitar dubur dengan minyak zaitun atau air garam.
- Gejala lainnya berupa:
- Rasa gatal hebat di sekitar anus
- Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)
- Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya disana)
- Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada infeksi yang berat)
- Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam vagina)
- Kulit di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).
- D. DIAGNOSIS CACING KREMI
- Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidu pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut, mereka aktif bergerak.
- Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip di lipatan kulit di sekitar anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada kaca objek dan diperiksa dengan mikroskop.
- Infeksi cacing sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar anus pada waktu malam hari. Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan cacing dewasa. Telur cacing dapat diambil dengan mudah dengan alat anal swab yang ditempelkan di sekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat (cebok).
- Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya dilekatkan Scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan di daerah sekitar anus, telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca benda dan dibubuhi sedikit toluol untuk pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan 3 hari berturut-turut.
- E. CARA PENULARAN CACING KREMI
- Sebagian besar jenis cacing parasit termasuk cacing kremi merupakan soil transmited infection yang penularannya harus diperantarai oleh tanah. Telur cacing parasit baru akan menjadi bentuk infektif (bisa menginfeksi) jika sudah berada di tanah, kemudian masuk lewat saluran pencernaan.
- Penularan cacing harus melalui tanah, terutama tanah liat. Bahkan tinja sekalipun kalau langsung dijilat tidak akan menularkan cacing. Telur cacing yang terbang ke udara juga hanya akan menular jika hinggap di makanan, jadi tidak menular lewat pernapasan
- Penyakit ini sama seperti penyakit kulit yang bisa menular. Penularan cacing kremi terjadi autoinfeksi . karena telurnya bisa nempel dimana aja, di pakaian, sprei or debu , sehingga akibat tidak hygienisnya tangan / kuku sehingga bersama makanan masuk ke mulut dari tangannya yang penuh telur/debu. Penyakit kremian ini sering pula disebut penyakit enterobiasis /oksiuriasis penyakit yang sangat sering ditemukan terutama pada anak-anak.
- Infeksi ini dapat terjadi akibat tertelannya telur cacing enterobius vermicularis (oxyuris vermicularis). Setelah telur cacing tertelan, larvanya akan menetas di usus duabelas jari (duodenum) dan tumbuh menjadi bentuk dewasa di usus besar. Cacing betina yang hamil (dapat mengandung 11.000-15.000 telur) akan berpindah ke daerah sekitar anus (perianal) untuk mengeluarkan telur-telurnya disekitar anus.
- Proses berpindahnya cacing ini akan menimbulkan sensasi gatal pada daerah sekitar anus penderita. Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari sehingga penderita sering terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Selain gatal-gatal Gejala lain yang dapat dirasakan oleh penderita infeksi cacing kremi adalah : Kurang nafsu makan, Berat badan menurun, Aktivitas meningkat, Sering mengompol, Cepat marah, Sulit tidur, dll.
- Penularan cacing kremi dapat terjadi pada satu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup di lingkungan yang sama, seperti asrama, rumah piatu, dll. Proses penularannya dapat terjadi melalui :
- Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk darerah sekitar anus
- Penularan dari tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain karena memegang benda-benda lain yang terkontaminasi telur cacing ini
- Telur cacing dapat ditemukan di debu ruangan sekolah, asrama, kavetaria, dan lainnya. Telur cacing di debu ini akan mudah diterbangkan oleh angin dan dapat tertelan
- Telur yang telah menetas di sekitar anus dapat berjalan kembali ke usus besar melalui anus.
- Gambar 2. Cara Penularan Cacing Kremi
- Penularan dapat dipengaruhi oleh :
1. Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal
(autoinfeksi) atau tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain
maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian
yang terkontaminasi.
2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur melalui debu dapat tertelan.
3. Retrofeksi melalui anus : larva dari telur yang menetas di sekitar anus kembali masuk ke usus.
Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi
sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya. Frekuensi
di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak ditemukan pada
golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi
darpada orang negro. Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan.
Kuku hendaknya selain dipotong pendek, tangan dicuci sebelum makan. Anak
yang mengandung cacing kremi sebaiknya memakai celana panjang jika
hendak tidur supaya alat kasur tidak terkontaminasi dan tangan tidak
menggaruk daerah perianal. Makanan hendaknya dihindarkan dari debu dan
tangan yang mengandung parasit. Pakaian dan als kasur hendaknya dicuci
bersih dan diganti setiap hari.
F. PENCEGAHAN & PENGOBATAN CACING KREMI
Infeksi keremi ringan atau mereka yang tanpa gejala tidak membutuhkan
pengobatan. Jika seseorang memiliki gejala, perlu obat anti-parasit.
Untuk gejala infeksi, obat-obatan hampir selalu efektif dalam
menghilangkan parasit. Karena anak-anak begitu mudah menyebar cacing
kremi kepada keluarga mereka, dokter akan meresepkan obat untuk seluruh
anggota keluarga mencegah agar terhindar dari infeksi dan reinfeksi.
Cara terbaik untuk menghindari penyakit cacingan adalah dengan upaya
pencegahan berupa melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, karena walau
bagaimanapun upaya pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Menjaga kebersihan perorangan berperan penting untuk pencegahan penyakit ini, antara lain dengan :
Kuku hendaknya selalu dipotong pendek
Tangan hendaknya selalu dicuci sebelum makan
Makanan sebaiknya dihindarkan dari debu dan tangan yang mengandung parasit
Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti setiap hari.
Jika salah satu anggota keluarga terinfeksi cacing kremi, sebaiknya
pengobatan diberikan kepada seluruh keluarga, agar penyebaran cacing ini
dapat dihentikan secara menyeluruh.
Seluruh anggota keluarga sebaiknya diberi pengobatan bila ditemukan
salah seorang anggota mengandung cacing kremi. Obat piperazin dosis
tunggal 3-4 gram (dewasa) atau 25 mg/kg berat badan (anak-anak), sangat
efektif bial diberikan pagi hari diikuti minum segelas air sehingga obat
sampai ke sekum dan kolon. Efek samping yang mungkin terjadi adalah
mual dan muntah. Obat lain yang juga efektif adalah pirantel pamoat
dosis 10 mg/kg berat badan atau mebendazol dosis tunggal 100 mg atau
albendazol dosis tunggal 400 mg. Mebendazol efektif terhadap semua
stadium perkembangan cacing kremi, sedangkan pirantel dan pipreazin
dosis tunggal tidak efektif terhadap stadium muda. Pengobatan
sebaiknyadiulang 2-3 minggu kemudian. Pengobatan secara periodik
memberikan prognosis yang baik.
Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal
obat anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh
anggota keluarga dalam satu rumah harus meminum obat tersebut karena
infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada yang lainnya.
Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari.
Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang
masih hidup terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah
pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering dicuci
untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa.
Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi cacing kremi adalah:
- Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
- Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
- Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
- Mencuci jamban setiap hari
- Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya
- Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.
0 Response to "Makalah Cacing Kremi"
Post a Comment